Ilustrasi eGPU (kredit: 9to5mac)
Ada sebuah pertanyaan penting ketika kita melihat sebuah laptop dengan spek prosesor yang terbilang tinggi, namun terlihat jomplang dengan pengolah grafis yang tertanam di dalamnya. Yah, memang tidak semua orang bakal protes dengan fakta macam itu, namun di sini kami ingin sedikit membahas tentang apa itu eGPU.
Sederhananya: eGPU merujuk pada grafis eksternal yang bisa disandingkan dengan sebuah laptop. Secara teoritis, tidak masalah bila seorang pengguna memutuskan untuk membeli sebuah laptop di bawah 10 juta dengan spek standar yang tidak cukup untuk memainkan gim kelas berat, sebab kekurangan yang muncul bisa ditangani dengan eGPU.
Karena itulah di luar sana, eGPU dianggap sebagai solusi untuk membangun laptop gaming yang harganya lebih terjangkau. Kalau laptop kamu cukup tua (misalnya: sudah berumur sekitar lima tahun, dan kamu membelinya pada tahun 2013), tentu saja perangkat itu takkan mumpuni bila dipakai untuk gaming.
Perkaranya jadi lain bila kamu memutuskan untuk menambah sebuah eGPU, dan mengombinasikannya dengan laptop tuamu. Dengan begitu, kamu memperoleh anak baru yang segar tanpa harus membeli sebuah laptop gaming.
Tetapi lagi-lagi pertanyaannya: sesederhana itukah prosesnya? Orang-orang yang terlibat dalam bisnis PC dan laptop sudah berbicara terlalu banyak tentang eGPU, selama beberapa tahun belakangan. Namun tampaknya produk satu itu masih berada di awang-awang, dan sebagai catatan penting: hanya ada beberapa laptop yang bisa bekerja dengan baik dengan beberapa eGPU yang jumlahnya sedikit itu.
Jadi masalahnya …. kita belum menemukan sebuah eGPU universal yang bisa bekerja dengan baik bersama merk laptop apapun.
Harapan Masih Ada
Bukan berarti tidak ada harapan. Setidaknya masih ada banyak potensi eGPU yang bisa kita lihat, terutama karena masih banyak vendor yang bermain di wilayah itu. Sebutlah misalnya PowerColor, Gigabyte, Razer, Alienware. Semuanya memiliki produk eGPU beneran yang bisa kamu beli.
Selain itu ada juga beberapa model eGPU dari beberapa vendor yang terlihat di pasaran, misalnya: MSI, ASUS, SilverStone. Dan jika optimisme perlu disisakan, orang mesti melirik ke port Thunderbolt 3 yang sekarang marak ditanamkan di beberapa laptop high-end. POrt Thunderbolt 3 ini penting, sebab eGPU merupakan sebuah perangkat yang hanya bisa bekerja di port tersebut.
Supaya sebuah unit eGPU bisa bekerja dengan baik, dibutuhkan sebuah jembatan yang menjamin kinerjanya, dan yang paling penting: bisa berjalan dengan cepat. Nah, Thunderbolt 3 adalah jawabannya. Setiap eGPU membutuhkan bandwidth besar yang bisa menghubungkan sistem GPU dengan laptop, dan Thunderbolt 3 menyediakan jawaban yang dibutuhkan.
Lagipula, Thunderbolt 3 memiliki keuntungan lain. Ia bisa membawa daya dalam jalurnya, jadi ia sekaligus berperan sebagai konduktor daya untuk sebuah laptop. Dan karena kontektornya sudah terstandardisasi di setiap laptop, setiap perangkat dengan colokan Thunderbolt 3 bisa digunakan di banyak laptop (dengan catatan laptop sasaran memiliki port Thunderbolt 3 juga).
Namun sampai di sini sebaiknya kamu tidak membayangkan eGPU sebagai perangkat single card tanpa casing sama sekali. eGPU bisa dibayangkan dengan mengimajinasikan bentuk desktop kecil, tempat di mana sebuah kartu grafis ditanamkan di dalamnya. Case ini memiliki sumber daya listrik tersendiri, dan mungkin sebuah sistem pendingin, dan sebuah slot PCI Express di mana kamu bisa menambahkan satu lagi kartu grafis. Sistem itu biasanya mengakomodasi ragam kartu grafis standar, mulai dari level entry sampai model high-end.
Inovasi yang ditawarkan oleh eGPU memang menjanjikan, meski kita masih harus menunggu dulu sampai format macam itu benar-benar populer.