Pembukaan, Spesifikasi, Packaging
Pembukaan
Pada 5 November lalu AMD resmi merilis CPU Ryzen 5000 series ke pasar Indonesia, dan akhirnya kami berkesempatan untuk menguji seri teratas dari CPU Ryzen 5000 series yakni AMD Ryzen 9 5950X. Membawa nama Ryzen 9, pastinya performa CPU ini sudah tidak perlu diragukan lagi. Kita mulai dari spesifikasinya dahulu.
Spesifikasi
AMD Ryzen 9 5950X ini hadir dengan arsitektur terbaru yakni Zen 3, walaupun sudah menggunakan arsitektur terbaru tapi CPU ini masih menggunakan socket yang sama yakni AM4. Tidak hanya itu, CPU ini hadir dengan konfigurasi 16 core 32 threads yang menggunakan topologi 2 CCD + 1 lOD sehingga masing-masing CCD memiliki CCX yang terdiri dari 8 core 16 threads.
Selain itu dikarenakan penggunaan socket AM4 pada CPU AMD Ryzen 5000 series, maka membuat CPU-CPU tersebut bisa dijalankan pada platform motherboard yang menggunakan chipset seri 400 dan seri 500, seperti misalnya B450 dan X470 untuk chipset seri 400, dan B550 dan X570 untuk chipset seri 500. Sehingga bagi kalian yang sudah memiliki PC dengan motherboard berchipset tersebut maka kalian hanya perlu untuk mengupdate BIOS saja jika ingin mengupgrade CPU pada PC kalian.
Packaging
CPU ini datang dengan kemasan yang mirip dengan kemasan-kemasan CPU AMD Ryzen yang lain, yang membuat berbeda hanyalah tulisan “5000 series processor” dan angka 9 di bagian bawah di depan kemasan ini.
Selain itu di sisi kanan dari kemasan CPU ini terdapat tulisan “thermal solution sold separately” yang menandakan kalau CPU ini tidak membawa HSF dalam paket penjualannya.
Test Bed & Performa
Test Bed & Performa
Untuk pengujian kedua CPU ini, kami menggunakan test bed dengan spesifikasi sebagai berikut:
Kami menggunakan GPU Nvidia GeForce GTX1660Ti dari Zotac, hal ini dikarenakan CPU ini masih belum memiliki IGP untuk menampilkan OS yang dijalankan. Untuk skenario gamingnya sendiri kami akan menggunakan skenario gaming rata kanan untuk game-game AAA maupun eSport untuk menguji kemampuan maksimal CPU ini. Apalagi game-game eSport ada yang CPU bound alias sangat mengandalkan performa CPUnya, contohnya seperti DOTA 2, dan CSGO.
Sebagai catatan, kami tidak akan menguji kemampuan CPU ini dengan CPU dari kubu biru, hal ini dikarenakan keterbatasan sample yang kami miliki. Sehingga kami hanya akan menguji performa CPU ini dengan menggunakan software pengujian sintetis seperti Cinebench R15, 3DMark Firestrike, dan lain-lain. Kami juga menguji kemampuan CPU ini untuk skenario content creation dengan menggunakan software yang biasa kami gunakan. Hasil pengujiannya bisa kalian lihat pada chart berikut.
Berdasarkan hasil pengujian, CPU ini memiliki performa yang sangat memuaskan! Hal ini dapat dilihat dari hasil benchmark yang menunjukkan skor yang sangat tinggi. Skor tersebut dapat dilihat pada pengujian dengan menggunakan Cinebench R15, CPU ini mencatat skor yang sangat tinggi yaitu 4265CB untuk multicore dan 265CB untuk singlecorenya. Sebagai info tambahan, skor singlecorenya merupakan skor tertinggi yang pernah ditorehkan oleh sebuah CPU dari AMD, melebihi pendahulunya yaitu Ryzen 9 3950X! Bahkan skor singlecorenya mampu melampaui CPU dari kubu biru yang sudah dioverclock!
Kami mencoba untuk melakukan logging CPU ketika pengujian dengan Cinebench R15 singlecore berlangsung, dan hasilnya cukup mengagetkan! Ini dikarenakan CPU ini mampu berjalan melebihi maksimal turboboostnya yang ada di 4.9Ghz, sedangkan CPU ini mampu berjalan hingga 5.0Ghz.
Dengan tingginya turboboost yang dicapai oleh CPU ini, maka kami tidak heran kalau skor singlecorenya sangat tinggi, dan yang perlu kalian ingat Turbo boost speed ini akan melaju tinggi tergantung dari cooler dan power yang bisa diberikan mobo.
Sama seperti skenario pengujian dengan benchmark sintetis, pada skenario gaming pun CPU ini menunjukkan performa yang sangat memuaskan. Hal ini terbukti pada beberapa game yang bersifat CPU intensif seperti misalnya CSGO, PUBG atau Dota2 menggunakan GTX 1660Ti, CPU ini mampu menunjukan framerate yang impresif untuk prosesor di harganya dengan settingan mentok kanan di resolusi 1080p.
Sedangkan untuk skenario content creation, lagi-lagi CPU ini berhasil menunjukan performa yang sangat memuaskan. Simulasi encoding video beresolusi FullHD berdurasi 1 menit dengan x264 FHD Benchmark mampu dituntaskan dalam 29 detik saja!
Dengan performa gaming dan content creation yang sangat memuaskan, kami rasa CPU ini akan sangat memuaskan jiwa-jiwa kalian yang haus akan CPU berperforma sangat kencang dari AMD.
Overclocking Performance, Suhu
Overclocking Performance
Kami menguji kemampuan overclocking CPU ini dengan menggunakan AMD Ryzen Master dan mengubah core clock speed ke 4.7 Ghz dan core voltage di 1.33 volt untuk kedua CPU ini, hasilnya dapat dilihat pada chart berikut
Kami menyimpulkan bahwa kemampuan overclockingnya sangat menarik dari generasi sebelumnya, skenario gaming, maupun content creation mendapatkan peningkatan setelah overclocking yang dilakukan, terlebih pada skenario gaming dengan game-game eSport seperti DOTA 2 dan CSGO.
Suhu
Untuk menguji suhu yang dihasilkan oleh CPU ini, kami menggunakan thermal paste Arctic MX4 dan AIO Deepcool Gamerstorm Castle 360EX RGB milik kami, dikarenakan CPU ini datang tanpa HSF bawaan. Selain itu test bed yang kami gunakan adalah test bed dengan open case dan tanpa fan tambahan.
Untuk pengujian stress test, kami memakai AIDA64 selama 15 menit di ruangan ber-AC dengan suhu 25 derajat celcius. Hasilnya, CPU ini menghasilkan suhu maksimal di 78.8 derajat celcius dengan rata-rata suhunya ada di 72.1 derajat celcius.
Sedangkan saat kami mengoverclock CPU ini, dengan skenario stress test yang kami sebutkan sebelumnya, CPU ini menghasilkan suhu maksimal di 78.8 dan rata-rata suhunya ada di 76.7 derajat celcius.
Suhu yang dihasilkan oleh CPU ini tergolong rendah dengan clock yang tinggi dan core yang banyak, hal ini sesuai dengan apa yang telah dikatakan oleh AMD. Suhu yang tergolong rendah tersebut bisa kalian capai jika kalian menggunakan cooling system berupa AIO Watercooling minimal berukuran 240mm dan air flow case yang baik.
Power Consumption, Kesimpulan
Power Consumption
Kami juga mengukur daya yang digunakan oleh CPU ini dengan menggunakan Wattmeter yang dipasang ke PSU milik kami. Untuk mengetahui besaran daya yang dipakai oleh CPU 16-core ini pada saat skenario OC maupun default, kami menggunakan skenario pengujian dengan Cinebench R15 yang dijalankan sebanyak 5 kali.
Ryzen 9 5950X | Ryzen 9 5950X (OC) | |
Max Power Consumption | 214~224 Watt | 370~384 Watt |
Dengan konsumsi daya yang setinggi itu praktis membuat CPU ini minimal diberi asupan PSU berkapasitas 550W dengan sertifikasi 80+ Bronze jika kalian berencana untuk menggandeng CPU ini dengan GPU entry-level sekelas GTX1650 hingga Radeon RX5500 XT, dan lebih tinggi lagi jika kalian ingin memasang GPU mid-level sekelas RTX2060 keatas.
Kesimpulan
Melihat performa yang ditawarkan oleh CPU ini maka sudah jelas CPU ini akan menjadi CPU terkencang untuk ngegame, maupun kerja sekalipun yang bisa dibeli oleh pengguna mainstream. Ngomongin soal harga, CPU dengan 16 core dan 32 thread ini memiliki banderol harga di Rp.13.189.000 saja. Worth kah? Kalau menurut kami, CPU ini sangat worth it. Mau digunakan untuk ngegame hingga content creation secara professional, CPU ini mampu melibas segalanya. Bahkan by default, CPU ini sudah sangat kencang sehingga bagi kalian yang masih belum berani untuk melakukan overclocking pada CPU ini, kalian tidak perlu khawatir akan hal tersebut.
Nah kekurangan dari CPU ini terletak di packaging yang sangat standar dan tidak adanya HSF bawaan untuk CPU ini. Padahal banderol harga CPU ini sudah tergolong tinggi, paling tidak berikanlah packaging yang sedikit lebih menarik untuk CPU ini dan cooler wraith prism.
Editor: DayuAkbar