FYI, saat acara launching, ASUS mengadirkan paling banyak pembicara dibanding semua momen launching yang pernah tim PChannel kunjungi. Memang, terlalu banyak fitur dan keunggulan Zenfone 2 yang harus disampaikan hingga Mr Jerry Shen, ASUS Global CEO, memboyong semua direktur masing-masing divisi untuk menyampaikan keynote mereka. Karena hal itu pula, kita membagi dua Asus Zenfone 2 review kali ini. Part 1 untuk desain dan fitur, dan part 2 kita akan bahas performa.
Design, ASUS Zen Spirit
Dua tujuan utama dalam konsep desain Asus Zenfone 2 adalah Keindahan dan Kekuatan. Dua hal yang sangat sulit dipertemukan. Namun lewat semangat ZEN, keduanya berhasil menyatu dalam desain Curve dengan bagian tertipis 3,9mm untuk kenyamanan saat digenggam, tapi konsekwensinya, Black cover seperti lebih kuat memeluk front Case hingga perlu extra tenaga saat membuka Back cover untuk memasang sim Card atau SD Card. Lapisan akhir Hairline metalik di bagian Back case membuat Zenfone 2 seolah memiliki lapisan metal. Pun begitu, tak membuatnya licin karena dibuat bertekstur hingga lebih “kesat”.
Sebuah smartphone berukuran 5,5-inchi umumnya sangat sulit digunakan dengan satu tangan. Tak demikian dengan Asus Zenfone 2. Hal ini dimungkinkan karena persentase rasio layar dan bodi mencapai 72%, menjadikan sapuan jari anda tak perlu terlalu jauh bereksplorasi. Sayangnya, seperti seri terdahulu, softkey tak juga ditambahkan backlit untuk kemudahan navigasi saat berada di Environment yang gelap.
Baca juga : Harga Resmi Zenfone 2 Dirilis: Selamat Datang di Era Smartphone 4GB
New Button Area & Tap Tap To Wake
Bagi anda yang sudah terbiasa dengan Zenfone seri sebelumnya atau android lain, mungkin perlu sedikit beradaptasi dengan lokasi tombol pada Zenfone 2. Tombol Power yang berpindah ke bagian tengah atas, juga tombol volume rocker yang berpindah ke belakang, tentunya sedikit tidak umum. PChannel sendiri agak terganggu terutama pada posisi tombol Power yang sulit dijangkau dengan satu tangan, untuk sekedar melihat jam misalnya, kita perlu menggunakan dua tangan untuk menghindari device ini tergelincir dari tangan. Tambah lagi, kami belum menemukan seting yang bisa memanfaatkan tombol volume sebagai wake-up button.

Asus sepertinya menyadari hal ini, untuk kemudian memberi solusi yang memungkinkan pengguna hanya perlu mentap dua kali di area lcd manapun untuk membuat screen aktif. Fitur ini dilabel tap tap to wake dan secara default aktif sejak pertama zenfone 2 diaktifkan. Opsi lain, pengguna juga memanfaatkan smart gesture yang lebih advance. Cukup sentuh layar lcd dan sapukan jari membentuk huruf-huruf tertentu, otomatis, system akan mengenali sebagai shortcut ke aplikasi yang secara default terwakili oleh huruf yang dibuat. Kita juga bisa merubah aplikasi default dengan aplikasi yang kita inginkan. Misalkan mengganti shortcut browser yang diwakili huruf “W” dengan google chrome.
ASUS PixelMaster 2.0
f/2.0 – “Bye Pocket Camera”
Baik saat masih gosip, penggunaan tagline “See What Other Cant See”, trailer pertama hingga resmi diluncurkan, pihak Asus selalu meng”high-light” poin kamera pada Zenfone 2. Akhirnya, apa yang digadang-gadang tersebut kini jelas.
Menggunakan sensor CMOS BSI buatan Toshiba, blue glass filter dan dual LED real tone flash plus PixelMaster terbaru, Zenfone 2 akan membuat produsen pembuat kamera saku menaikan standar mereka jika tak ingin pasar mereka berkurang.
Pocket Digital Camera< 1 juta | Pocket Digital Camera< 2 juta | Zenfone 2 w/Toshiba BSI CMOS sensor | |
Aperture Size | f/2.8 | f/2.8 | f/2.0 |
Manual Mode | Yes (limited) | Yes | Yes |
HDR | No | Yes (limited) | Yes |
Full-HD video Rec | No | Avarage No | Yes |
Zero Shutter | No | Avarage No | Yes |
Battery | AAA | Rechargeable | Rechargeable |
Baca juga : CES 2015: ASUS Perkenalkan ZenFone 2 dan ZenFone Zoom
FYI, kamera saku digital 1 jutaan bahkan yang berharga hampir 2 juta, umumnya masih membekal f/2.8 dan seting manual yang terbatas. Smartphone yang lebih dulu memiliki kekuatan aperture lebih besar dari f/2.8 mungkin sudah pernah ada. Namun, dengan bantuan PixelMaster di Zenfone 2 ini, kekuatan lensa yang sudah memiliki f/2.0 dibuat makin maksimal.
Super HDR + Low Light – See What Other Can’t See

Bahkan sebuah kamera saku digital kelas menengah, masih bermasalah mengatasi objek dengan cahaya dominan dari belakang. Dilakukan editingpun, banyak area gambar yang menjadi korban. Super HDR pada Zenfone 2 menggunakan metode smart capture yang menggabungkan hasil tangkapan objek antara yang minus exsposure dan over exposure hingga didapat exposure yang seimbang terutama di bagian yang terdeteksi sebagai point of focus.
Fitur ini dimungkinkan sebab sensornya yang sangat sensitive dengan cahaya hingga 400%. Dan saat cahaya sekitar menurun drastis, otomatis teknologi pixel-merging akan membantu menggabungkan 4 pixel terdekat untuk gambar keseluruhan yang lebih terang. Konsekwensinya, saat menangkap objek yang bergerak cepat, hasil gambar cenderung cacat, baik itu bergaris seperti contoh disamping ataupun missfocus/blur.
Manual Mode
Supraise… supraise. Fitur ini bisa dikatakan berharga sekitar 1 juta hingga 1,5 juta pada kamera saku digital. ISO, Shutter Speed, White Balance, hingga mode Focus, bisa anda tentukan sesuai kebutuhan. Mungkin sebaiknya Asus memberi semacam tutorial singkat saat pertama kali mode manual ini di akses pengguna, untuk sekedar memberi gambaran, apa fungsi dari masing-masing seting dalam mode manual.
Super Resolution
Hal pertama yang terpikir untuk fitur ini adalah “interpolasi” yang sering kita temui pada brand smartphone khususnya buatan Cina. Tapi ternyata ini lebih dari itu. Fitur ini akan merilis shutter sebanyak 4 kali untuk kemudian menggabungkan hasil objek hingga di dapat resolusi 4x lebih besar dari kemampuan asli lensanya yang hanya 13MP. Total resolusi yang didapat yakni 52MP (4 x 13MP). Ini cukup untuk mendapatkan detail pixel yang lebih baik saat di zoom. Fitur ini berguna untuk anda yang butuh detail pada sebuah objek, terutama teks. Konsekwensinya, proses saving memakan waktu lebih lama 4 sampai 8 detik.
Beautification

Suka berselfie?, Terutama seorang diri?. Fitur satu ini benar-benar akan jadi trending topik karena kemampuannya yang melebihi kemampuan manual aplikasi filter foto editor versi mobile. Tanpa harus membuka aplikasi untuk mere-touch hasil tangkapan kamera, fitur ini otomatis menambah kegantengan anda 30% dengan menghaluskan bagian “tak diinginkan” dengan sekali klik shutter button.
Fitur ini akan otomatis saat anda mengaktifkan front camera. Untuk lebih terlihat maksimal, sebaiknya ber”selfie”-lah di area yang cukup cahaya. Karena percobaan yang kami lakukan di ruang minim cahaya, proses beautification tidak maksimal, khususnya di area wajah yang kurang mendapat cahaya (lebih gelap).
Dual Color LED Flash

Pernah mengabadikan foto di ruang gelap dan hasilnya seperti objek yang di terangi senter?. Lebih parahnya, hasil foto akan berubah over bright. Dengan dual color flash, hasil foto yang diambil menggunakan Zenfone 2 warnanya akan lebih mendekati warna asli objek. Tapi terkadang, di environment tertentu, pernah kami temukan hasil foto kekuningan, seperti pada foto dibawah ini. Foto ini di ambil dengan Night mode + flash. Saran, sebaiknya gunakan Auto untuk envronment yang jarang kita temui.

ASUS ZenUI 2.0
ZenUI pada seri Zenfone 2 ini sudah mencapai versi 2.0 dengan banyak penambahan fitur terutama opsi customize mulai dari font sampai theme (walau belum sebanyak aplikasi third party yang sudah lebih dulu hadir), juga tambahan fitur baru seperti misalnya ZenMotion, Kids Mode, One Hand mode dan masih banyak lagi. Juga berbagai perbaikan pada fitur-fitur yang sudah ada. Rasanya akan lebih memudahkan jika Quick seting bar sudah seperti android 5.1 yang menawarkan opsi quick togle selain long press. Jadi gak sabar nunggu Zenfone dapat Lollipop 5.1.
Tim Development ASUS bisa dikatakan cukup sensitif dalam merespon keinginan para pengguna produk smartphone terdahulu mereka. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya fitur baru hasil seleksi saran yang sebelumnya tidak ada atau juga tak didukung oleh generasi lama.
Auto-Start Manager Dan Backup

Semua smartphone ASUS dilengkapi berbagai aplikasi bawaan yang sebenarnya memudahkan pengguna. Namun, bagi para pengguna advance yang sudah memiliki aplikasi “langganan” sendiri, mereka akan mencari cara agar aplikasi-aplikasi tersebut bisa dibuang, atau minimal tidak berjalan otomatis saat start-up system. Untuk itu Asus “mengalah” dengan membuatkan sebuah aplikasi yang memungkinkan pengguna mematikan service dari aplikasi yang mereka anggap tidak mereka perlukan.
Untuk pengguna yang ingin menghapus aplikasi, namun ingin menginstalnya dikemudian hari, bisa gunakan fitur backup ini. Fitur ini juga bisa dimanfaatkan untuk membuat cadangan data aplikasi yang ada di Zenfone 2 anda.
One Handed Operation & Glove Support

Secara teori, Layar 5,5-inch tak akan mungkin anda operasikan dengan 1 tangan saja, padahal di saat-saat tertentu, tidak memungkinkan kita gunakan dua tangan untuk menopang sekaligus mengoperasikan smartphone kita, saat menyetir contohnya (hanya contoh, jangan di bahas :D).
Dengan fitur ini, kita bisa atur seberapa jauh jari jempol kita bisa bereksplorasi di atas layar Zenfone 2. Tenang saja, kerapatan PPI sangat membantu hingga titik yang anda ingin sentuh tak akan melenceng.
Lain hal dengan fitur hand-glove support, fitur ini seolah menggabungkan beberapa pixel menjadi satu blok untuk memberi ruang lebih besar agar sistem dapat memahami maksud sentuhan ujung sarung tangan anda. Memang, perlu sedikit konsentrasi saat menjalankan mode ini
Easy Mode & Kids Mode

Dua fitur paling berguna buat anda yang seringkali “terpaksa” meminjamkan Zenfone anda ke orang tua juga anak anda. Dengan Easy mode, pengguna awam seperti para orang tua, dapat langsung terbiasa mengoperasikan Zenfone 2 layaknya basic phone. Tampilan fitur ini sedikit lebih clean dari yang ada pada smartphone berbasis MIUI. Sedangkan Kids mode adalah aplikasi yang bisa anda gunakan membatasi anak anda saat menggunakan Zenfone 2 anda, mulai dari aplikasi apa saja yang boleh dia buka, sampai seberapa lama durasi ia boleh menggunakannya. Dipadu mode Guest bawaan Lollipop plus fitur SnapView sebagai shortcut pemanggil, Zenfone 2 benar-benar didesain untuk lebih personal.
BoostMaster Technology
Sudah selayaknya telepon pintar mendampingi segala aktivitas “tuan”nya. Namun sejak dulu, masalah lamanya proses pengisian battery selalu membuat pengguna berlomba-lomba membesarkan kapasitas Power bank mereka. Asus BoostMaster didesain untuk lebih megoptimalkan proses pengisian battery memanfaatkan kekuatan travel charger bawaannya yang berdaya 2 ampere, 100% lebih besar dari yang kita dapatkan saat membeli Zenfone versi terdahulu. Ini memungkinkan battery terisi 60% dalam 39 menit, nyaris 2x lipat lebih cepat dari fitur yang sama sebuah smartphone yang mengenalkan teknologi ini di Indonesia untuk pertama kali.
Baca juga : ASUS Padfone S Review : SuperPhone 2in1 Terjangkau Dengan Spesifikasi High-end
Ada beberapa hal dan fitur yang tak kita bahas dalam artikel Asus Zenfone 2 review kali ini. Namun kebanyakan adalah fitur lama yang diperbarui. Mungkin akan kita review di part #2 sekaligus membahas performa mulai dari chipset, GPU, networking hingga battery. So, tunggu bagian selanjutnya.
Conclusion
Walau tak menawarkan trend “slimmest”, Asus mencoba memaksimalkan desain Zenfone 2 agar senyaman mungkin saat digunakan, kecuali tentang softkey. Kekuatan kamera juga user interface dengan banyak fitur baru, menjadikan Zenfone 2 memiliki kelas tersendiri dalam pasar smartphone high-end, tentu saja karena secara harga ia seharusnya masuk kelas midrange.
4 gb ramnya,,mantap
Kok tau bro?
Kita blom sampe performance 😀
:piss: