Intel mulai debut project Ultrabook bulan Mei 2011. Dan tak lama kemudian, rombongan vendor mulai menawarkan ultrabook generasi awal mereka, katakanlah seperti ASUS UX series, Lenovo U300 series, Acer Aspire S3 Series, Toshiba Satelite Z series dan lain-lain. Saat itu, produk-produk ultrabook generasi awal cukup menarik perhatian dengan disain ultra tipis dan bobotnya yang jauh lebih ringan dari Notebook konvensional. Penggunaan material logam pada casing sudah diterapkan oleh beberapa vendor seperti ASUS dan Toshiba sejak generasi awal. Tentu saja, Ultrabook generasi awal sudah identik dengan penggunaan media SSD walaupun sebagian vendor ada yang mengaplikasikan sistem hybrid. Saat itu, penggunaan single SSD membuat harga ke end-user kian melambung tinggi.
<
Ultrabook = Apple Oriented?
Dahulu, banyak pihak yang mencibir saat kali pertama Aple merilis Macbook Air. Bahkan ada yang bilang, Macbook Air tak lebih dari mainan anak-anak. Sekarang, sudah tidak bisa menampik lagi jikalau Macbook Air merupakan ide landasan trend Ultrabook saat ini. Tapi mari kita lupakan opini-opini tersebut, dan fokus pada ultrabook apa saat ini yang memberikan penawaran paling baik dan tentunya bersistem operasi Windows yang sangat familiar dengan kita. Tentu saja yang sesuai dengan budget anda. Pertanyaannya, seberapa bergairah anda pada notebook tipis dan ringan ini?
Konsekwensi
Sebelum berbicara banyak tentang apa saja yang di tawarkan sebuah Ultrabook, mari kita bahas dulu konsekwensi anda menggunakan Ultrabook
- Non 3d Gaming Purpose
Sejauh ini, hanya ASUS ZENBOOK Prime UX51VZ-XH71 yang menawarkan VGA dedicated genre mainstream pada sebuah Ultrabook. Namun kesan Ultrabook sedikit pudar dengan penggunaan Processor non ULV dan ukuran LCDnya yang menyentuh 15.6″. Selebihnya, tak ada Ultrabook yang membekal VGA kelas mainstream hingga saat ini.
- Ultra Low Voltage Processor
Seperti halnya era Intel Centrino yang mewajibkan vendor menggunakan 3 part utama buatan Intel (CPU, Chipset dan Wireless), era Ultrabook juga mewajibkan vendor menggunakan CPU ULV series Intel plus range dimensi baik ketebalan maupun bobotnya. Menggunakan processor ULV membuat Ultrabook mampu bertahan hidup lebih lama dalam mode battery namun pemangkasan clock speed menjadikan performa sebuah Ultrabook seperti atlit “marathon” bukan atlit “sprint”.
- No Optical Drive
Peripheral ini memang yang paling menuntut space di dalam sebuah notebook, untuk itu demi mengejar dimensi yang tipis, mohon maaf, silakan beli lagi ODD Drive eksternal.
- Limited I/O Port
Bentuk sebuah Ultrabook umumnya meruncing di bagian depan, dan menyisakan sedikit ruang untuk menempel port USB, HDMI atau sejenisnya. Dan umumnya lagi, barebone sebuah ultrabook terlalu tipis untuk menyertakan sebuah D-Sub connector atau RJ45 Connector. Jadi yang umumnya tersisa adalah USB, dan HDMI. Beberapa vendor seperti Asus, menyertakan adapter dari connector mini ke conector bentuk standar dalam paket penjualan, sehingga, pengguna masih dapat memanfaatkan port-port tersebut.
- Unibody Battery
Lagi-lagi demi mengejar dimensi yang tipis, mengharuskan kebanyakan vendor mendisain bentuk battery yang tipis untuk Ultrabook mereka. Oleh sebab itu, terkadang tidak memungkin untuk memberi packing luar pada battery tersebut, hingga mengharuskan penginstallan battery dalam unit Ultrabook. Usia sebuah battery juga patut anda pertimbangkan. Maksudnya,memang benar sebuah Ultrabook memungkinkan anda bekerja jauh lebih lama dari pada anda menggunakan notebook standar. Tapi untuk pemakaian misalnya 2 tahun, performa battery pasti menurun. Bukan masalah untuk Ultrabook yang mengadopsi Detachable battery, tapi untuk yang Unibody anda juga patut memperhitungkan proses replacement nya. Jangan sampai hal ini malah membuat anda kesulitan.
Benefit
Setelah mengetahui sisi worse nya, mari kita lihat sisi positif sebuah Ultrabook. Selain menawarkan dimensi yang tipis serta bobot yang ringan plus usia pakai battery yang panjang, umumnya sebuah Ultrabook menawarkan resume time yang jauh lebih cepat dari notebook konvensional. Ultrabook-ultrabook terbaru juga menawarkan design unik bahkan mendekati design sebuah Tablet. Seperti contohnya Lenovo Yoga 13 yang mampu disulap menjadi Tablet touchscreen. Perlu juga anda ingat, dengan minimnya konsumsi daya sebuah Ultrabook, umumnya para vendor membekali Ultrabook mereka dengan Adaptor berukuran compact dan ringan. Tentu ini meringankan beban pundak anda saat membawanya kemanapun anda pergi.
How Bad You Want It?
Sekali lagi semua kembali pada anda. Jika anda tak perduli pada apapun kecuali long life outdoor computing, Anda wajib mengkoleksi Ultrabook. Tapi bagi anda yang masih concern pada performa, silakan lanjutkan membaca artikel ini untuk setidaknya mendapatkan Ultrabook yang paling worth to Performance.
- Intel ULV
Poin ini merupakan wajib untuk sebuah Ulrabook demi kemampuannya bertahan hidup lebih lama dalam mode Battery. Pada Intel ULV series, walau clock speed di pangkas, namun Intel tetap menambahkan semua fitur standar yang ada pada versi “M” pada ULV series. Seperti Turbo Boost misalnya. Jadi anda masih tetap dapat menjalankan segala kegiatan multitasking. FYI, fitur seperti Turbo boost hanya terdapat pada Intel Core i5 keatas, jadi jika kebetulan anda mendapatkan Ultrabook murah namun masih menggunakan Core i3, sebaiknya tunda dan menabung dulu untuk sebuah Core i5.
- Lupakan Kemampuan Grafis
Performance yang ditawarkan sebuah Ultrabook jauh dari peningkatan kemampuan grafis. Namun lebih pada peningkatan performa komputasi umum seperti buka tutup aplikasi, multasking, dan resume time performance. Ambil contoh ASUS Zenbook UX series yang beberapa modelnya dibekali Nvidia GPU GT620M yang walaupun sudah membawa dedicated VRAM sebesar 1GB tetap saja masih membekal Memory Bus 64-bit. Untuk sekedar membantu proses rendering Object atau video 3D mungkin sudah cukup, namun untuk menemani anda bermain game, kami sangat tidak menyarankan. Intinya, Ultrabook rata-rata mengekspos performa Intel HD sebagai tulang punggung utama grafis processing. Untuk anda ingat, base GPU clock Intel HD pada processor Intel ULV diturunkan menjadi 350MHz dimana pada Intel non ULV base GPU clock starting di 600MHz. Efeknya, tentu akselerasi tak semulus Intel HD standar. So, bagi anda yang membutuhkan performa grafis lebih dari yang Intel HD bisa berikan, Ultrabook seperti ASUS Zenbook UX adalah pilihan yang tepat.
- Full SSD or Hybrid Storage
Performa keseluruhan sebuah Ultrabook juga bergantung dari pemilihan jenis storage. Demi menekan harga jual, beberapa vendor memilih opsi Hybrid Storage (m-SATA SSD + HDD) yang secara teori memiliki kemampuan “mirip” SSD plus kapasitas besar berkat tambahan HDD. Diluar topik budget, metode Hybrid memang cukup menolong performa Booting maupun buka tutup aplikasi. Juga, diperlukan Intel Smart Respon Technology (SRT) guna mendukung pemanfaatan metode hybrid ini. kerja SRT di atur oleh Intel Rapid Storage Technology (IRST) dan bertugas mengatur proses “caching” setiap I/O ke media internal storage hingga performa baca tulis mendekati real SSD. Namun keberadaan HDD tetap menyumbang panas juga lebih menguras daya battery. Bagi anda yang tidak terlalu concern akan hal ini, silakan berburu Ultrabook dengan storage Hybrid yang tentu saja lebih ringan di kantong.
- Touch Screen
Sejak diperkenalkannya Windows 8, banyak Ultrabook saat ini yang menawarkan interaksi melalui touch screen. Seperti yang kita tahu, Windows 8 memang di design untuk penggunaan touch. Tak semua Ultrabook yang berlayar sentuh di banderol dengan harga mahal. Misalnya saja ASUS Vivobook atau HP Envy 14.
End-line
Banyak merk di luar sana yang menawarkan berbagai macam Ultrabook dengan berbagai jenis spesifikasi. Semoga artikel ini sedikit membantu anda mengenal Ultrabook, dan membantu menentukan seperti apa Ultrabook yang pas untuk anda. Kembali ke pertanyaan awal, Sudah perlukan anda dengan Ultrabook?