Kabar kurang sedap menghampiri para pecinta gadget dan mereka yang berencana memperbarui perangkat kerjanya. Berdasarkan data pasar terbaru, kita harus bersiap menghadapi gelombang harga HP & laptop naik 2026 mendatang. Kenaikan ini diprediksi tidak main-main dan berpotensi mengubah peta industri teknologi secara global, termasuk di Indonesia.
Penyebab utamanya bukan sekadar inflasi biasa, melainkan lonjakan harga komponen memori yang tak terkendali. Laporan terbaru dari firma riset TrendForce memberikan gambaran suram bahwa efek kenaikan harga komponen ini akan sangat terasa pada tahun depan.
Kenaikan Harga Memori: Mimpi Buruk Industri
Saat ini, harga kit memori (RAM dan Storage) dilaporkan terus merangkak naik, bahkan beberapa varian harganya melonjak hampir 200% dibandingkan awal musim panas lalu. TrendForce menyoroti bahwa badai kenaikan harga ini akan menghantam produsen perangkat keras secara langsung.

Kekurangan pasokan memori diprediksi akan memaksa produksi smartphone global turun sebesar 2% pada tahun 2026. Padahal, estimasi sebelumnya masih optimis dengan pertumbuhan 0,1%. Jika kita melihat data produksi tahun 2024 yang mencapai 1,2 miliar unit, penurunan 2% ini setara dengan hilangnya puluhan juta unit smartphone dari pasaran. Kelangkaan barang biasanya berujung pada satu hal: harga yang melambung.
HP Murah Jadi Korban Paling Parah
Siapa yang paling terdampak? Analisis kami menunjukkan bahwa segmen entry-level atau HP murah akan terkena pukulan terkeras. Margin keuntungan pada HP murah sangat tipis, sehingga produsen tidak memiliki ruang gerak untuk menanggung kenaikan biaya komponen.

Akibatnya, beban biaya tersebut akan dibebankan kepada konsumen. Prediksi menyebutkan kenaikan harga ritel bisa mencapai 10% untuk beberapa model smartphone. Kondisi ini berisiko memicu konsolidasi industri, di mana brand-brand kecil mungkin akan gulung tikar karena tidak sanggup membeli komponen memori dengan harga bersaing dibanding raksasa teknologi.
Harga Laptop Bisa Melonjak Hingga 15%
Situasi di pasar PC dan laptop bahkan diprediksi lebih mengkhawatirkan. Komponen memori dan penyimpanan (storage) biasanya menyumbang sekitar 10% hingga 18% dari total biaya produksi laptop. Namun, jika harga chip DRAM terus meroket, komponen ini bisa memakan porsi lebih dari 20% biaya produksi.
Imbasnya, harga jual laptop baru diprediksi naik hingga 15% year-on-year. Bagi konsumen dengan anggaran terbatas, membeli laptop baru akan semakin sulit. Fenomena ini kemungkinan besar akan memicu pergeseran tren, di mana pemburu gadget akan beralih ke pasar barang bekas (second-hand). Tingginya permintaan di pasar bekas pun otomatis akan mengerek harga laptop seken menjadi lebih mahal dari biasanya.
Efek Domino: Pasar Monitor Ikut Lesu
Masalah ini diperparah dengan siklus pergantian perangkat yang kini semakin lama. Berkat regulasi Right-to-Repair dan kualitas baterai yang membaik, konsumen kini lebih jarang ganti laptop. Ditambah dengan jalur rantai pasok yang tidak stabil, produsen menghadapi tantangan berat.
Sebagai efek samping (tertiary effect), TrendForce juga merevisi prediksi pengiriman monitor. Dari yang tadinya diprediksi tumbuh, kini diperkirakan akan mengalami penurunan sebesar 0,4% di tahun 2026.
Kesimpulan: Jika Anda berencana membeli gadget baru, mungkin sekarang adalah saat yang tepat sebelum harga melambung tinggi tahun depan.
Baca juga:
- Harga Prosesor Naik Drastis! CPU Intel & AMD Tiba-tiba Langka, Ini Penyebabnya
- Bocor! Jajaran AMD Zen 5 Terbaru (CPU X3D & APU 9000G) Siap Rilis di CES 2026!
- Inilah 12 Prosesor Intel Panther Lake Terbaru, dari Seri U Irit Daya Hingga Seri X
Cari gadget berkualitas dengan harga terbaik? Temukan pilihan laptop, PC, dan komponen PC dengan harga terbaik hanya di Pemmz.com.
Cari tahu juga update berita terkini dan teraktual seputar teknologi dan gadget di Pemmzchannel.com.




















