Belum lama ini, CEO OpenAI, Sam Altman, membuat pernyataan mengejutkan dalam podcast This Past Weekend with Theo Von. Dia mengaku merasa takut dan cemas dengan perkembangan GPT-5, model AI terbaru mereka. Bahkan, Altman menyamakan proyek tersebut dengan Manhattan Project, program rahasia AS yang menciptakan bom atom.
CEO OpenAI Akui Takut dengan GPT-5
Apa yang membuatnya begitu khawatir? Menurut Altman, GPT-5 ini berkembang “sangat cepat” tanpa pengawasan yang memadai. Dia merasa OpenAI mungkin telah lalai karena tidak menyiapkan kerangka regulasi yang ketat sejak awal. Namun, benarkah ketakutan ini murni berasal dari risiko teknologi, atau ada strategi marketing di baliknya?

Beberapa pengamat meragukan keseriusan pernyataan Altman. Sebagai CEO, dia mempunyai kendali penuh atas arah pengembangan dari AI OpenAI. Lalu, mengapa tiba-tiba merasa khawatir? Apakah ini cara untuk memancing perhatian publik sebelum peluncuran GPT-5?
GPT-5 vs GPT-4: Seberapa Besar Perbedaannya?
Jika GPT-4 sudah mampu melakukan tugas kompleks seperti pemrograman, analisis data, dan penulisan kreatif, apa yang bisa dilakukan GPT-5? Altman sendiri mengisyaratkan bahwa lompatan kemampuannya sangat signifikan, bahkan mungkin di luar ekspektasi banyak orang. Beberapa spekulasi muncul:

- Kemampuan reasoning yang lebih manusiawi – GPT-5 mungkin bisa memahami konteks lebih dalam, bahkan mengambil keputusan logis layaknya manusia.
- Automasi tingkat tinggi – Bukan tidak mungkin AI ini bisa menggantikan peran profesional di bidang hukum, kedokteran, atau engineering.
- Interaksi real-time lebih natural – GPT-5 dapat jadi lebih responsif serta mampu beradaptasi dengan percakapan dinamis.
Namun, di balik potensi besar tersebut, ada risiko yang tidak bisa diabaikan. Jika AI sekuat ini jatuh ke tangan yang salah, dapat digunakan untuk penyebaran misinformasi, peretasan sistem keamanan, atau juga bahkan pengembangan senjata yang canggih.
Perlukah Regulasi Ketat untuk AI Seperti GPT-5?
Altman bukan satu-satunya yang menyerukan pengawasan lebih ketat terhadap AI. Elon Musk dan juga Bill Gates juga sudah memperingatkan bahaya AI yang tidak dapat terkendali. Tapi, bagaimana seharusnya regulasi ini dibentuk?

1. Transparansi dalam Pengembangan
OpenAI dan perusahaan AI lainnya harus lebih terbuka tentang proses pelatihan model mereka. Tanpa transparansi, sulit memastikan apakah AI benar-benar aman atau justru memiliki bias berbahaya.
2. Pembatasan Penggunaan
Beberapa fungsi AI, seperti deepfake atau otomatisasi senjata, harus dibatasi secara hukum untuk mencegah penyalahgunaan.
3. Kolaborasi Global
Karena AI tidak mengenal batas negara, diperlukan kerjasama internasional untuk membuat standar keamanan yang seragam.
Di satu sisi, ketakutan Altman mungkin berlebihan, apalagi jika OpenAI sepenuhnya mengontrol GPT-5. Tapi di sisi lain, sejarah membuktikan bahwa teknologi revolusioner seringkali memiliki dampak yang tidak terduga. Bagaimana menurutmu? Apakah GPT-5 benar-benar ancaman, atau hanya strategi OpenAI untuk tetap menjadi pusat perhatian?
Baca juga:
- ChatGPT dan Gemini Bisa Dibobol dengan Prompt Acak, Begini Faktanya!
- CMF Watch 3 Pro Resmi Dirilis! Tawarkan ChatGPT Built-in, Berapa Harganya?
- OpenAI Perkenalkan ChatGPT Agent, Asisten AI yang Mampu Menyelesaikan Tugas Sendiri!
Cari gadget berkualitas dengan harga terbaik? Temukan pilihan laptop, PC, dan komponen PC dengan harga terbaik hanya di Pemmz.com.
Cari tahu juga update berita terkini dan teraktual seputar teknologi dan gadget di Pemmzchannel.com.



















