Meta menambahkan fitur”Personal Boundary” ke avatar VR miliknya yang bertujuan untuk menghentikan pelecehan di VR. Fitur baru ini diaktifkan secara default di platform pembuatan Horizon Worlds dan layanan acara langsung Horizon Venues.
Pelecehan Melalui Avatar VR Meta
Seperti yang kita ketahui, kasus pelecehan seksual semakin meningkat dari tahun ke tahun. Tak hanya dilakukan secara langsung, namun kasus pelecehan ini juga sudah beredar di ranah digital. Seperti halnya kasus pelecehan seksual melalui teknologi VR yang dilaporkan oleh beberapa developer game dan juga Meta baru-bau ini.
Pasalnya, fitur avatar VR yang dibuat oleh Meta ini merupakan fitur yang memungkinkan para penggunanya untuk membuat karakter avatar yang mirip dengan karakter aslinya. Nantinya, karakter ini akan mampu menirukan berbagai gerakan penggunanya, mulai dari meraba, melambaikan tangan, melakukan tos dengan pengguna lain, dan masih banyak lagi.
Meski terlihat sangat menarik dan high tech, ternyata fitur ini membuka peluang besar bagi para pelaku pelecehan seksual untuk menjalankan aksinya. Oleh karenanya, Meta berinisiatif membuat fitur “Personal Boundary” untuk menghentikan aksi pelecehan seksual di avatar VR. Ini menciptakan penghalang virtual tak terlihat di sekitar avatar, hingga mencegah orang lain mendekat.
Fitur Personal Boundary Meta

Fitur Persona Boundary dibangun di atas fitur yang sudah ada yang bisa membuat tangan pengguna menghilang jika mereka terlalu dekat dengan avatar lain. Perusahaan teknologi raksasa, Meta, memberi setiap orang radius dua kaki ruang pribadi virtual, menciptakan setara dengan empat kaki virtual di antara avatar.
Perusahaan juga mengkonfirmasi bahwa pengguna tidak dapat memilih untuk menonaktifkan batasan pribadi mereka karena sistem ini dimaksudkan untuk menetapkan norma standar tentang bagaimana orang berinteraksi di VR. Namun, perubahan di masa mendatang dapat membuat orang menyesuaikan ukuran radius.
Jika seseorang mencoba berjalan atau berteleportasi di dalam ruang pribadi milikmu, gerakan maju mereka akan berhenti. Namun, kamu masih dapat melewati avatar lain, sehingga pengguna tidak dapat melakukan hal-hal seperti menggunakan gelembung mereka untuk memblokir pintu masuk atau menjebak orang di ruang virtual.
Meta menambahkan bahwa inisiatif ini berawal saat mereka mendapatkan laporan tentang salah satu pengguna beta yang mengeluh bahwa avatarnya telah diraba-raba oleh orang asing. Sementara pengguna yang disebutkan akhirnya menggunakan fitur blokir untuk menghentikan pelaku pelecehan.
Tak hanya Meta saja, beberapa game seperti QuiVR yang merupakan rumah bagi salah satu kasus pelecehan seksual VR pertama yang dilaporkan juga telah menerapkan gerakan khusus yang memungkinkanmu untuk mencegah atau bahkan menghentikan aksi pelecehan seksual melalui VR ini.
Baca juga:























