Kelompok peretas REvil kembali membuat kejutan yang sangat besar. Kali ini, mereka meminta uang tebusan dalam bentuk Bitcoin dimana memiliki jumlah yang sangat besar ke lebih dari 200 perusahaan.
Kejadian peretasan ini pertama kali diungkapkan pada 2 Juli kemarin. Salah satu penyedia solusi manajemen TI bernama Kaseya mengatakan sedang menyelidiki serangan terhadap alat pemantauan dan manajemen perangkat lunak jarak jauh VSA.
Dalam pemantauan mereka, perusahaan tersebut telah memperkirakan bahwa sekitar 40 pelanggan mereka terpengaruh oleh ransomware, tetapi banyak dari bisnis tersebut memiliki klien sendiri.
Ternyata, sebuah perusahaan keamanan bernama Huntress Labs juga sudah melakukan pemantauan. Mereka mengatakan ada setidaknya 200 perusahaan yang terpengaruh oleh serangan ransomware tersebut.
Mereka mengatakan, setelah melakukan pemantauan lebih luas, mereka memperkirakan ada setidaknya 1.000 organisasi di seluruh dunia yang terkena dampak ini. Serangan ini pun menjadi salah satu serangan ransomware terbesar hingga saat ini.
BleepingComputer melaporkan bahwa REvil mengklaim serangan mereka mempengaruhi lebih dari 1 juta perangkat. Mereka pun akan memberikan kunci untuk ransomware tersebut dalam waktu satu jam.
Tapi, untuk mendapatkan kunci dari serangan kali ini, mereka meminta semua perusahaan yang terlibat dengan serangan ini membayar uang tebusan sebesar $70 juta dalam bentuk Bitcoin.
Apa yang diminta REvil kali ini memecahkan rekor sebelumnya, yang juga dimiliki oleh REvil. Sebelumnya, mereka pernah meminta tebusan sebesar $50 juta dari Acer, Quanta Computer, dan beberapa perusahaan lainnya.
Presiden Amerika saat ini, Joe Biden sudah meminta penyelidikan serangan REvil ini selama beberapa hari kebelakang. Dia meminta untuk memeriksa apakah pemerintah Rusia terlibat dengan serangan ini.
Saking seriusnya, berbagai pihak termasuk FBI, Cybersecurity and Infrastructure Security Agency, dan lembaga federal lainnya juga ikut terlibat dalam penyelidikan kasus ransomware besar-besaran ini.