Pernahkah kalian bertanya, mengapa Windows Update merupakan fokus utama untuk Windows, sampai harus menganggu sesi penggunaan?
Suka ataupun tidak, kegiatan ini sudah menjadi hal yang wajar bagi Microsoft dalam kurun waktu yang lama, bahkan saat era Windows 98.
Kegiatan ini pertama kali diperkenalkan oleh Microsoft dengan cara menampilkan notifikasi mengenai critical update ketika ada update yang tersedia. Operating system akan mengecek update mana saja yang sudah di install di PC tersebut lalu membandingkannya dengan server Microsoft setiap menitnya. Jika ada update yang tertinggal maka notifikasi akan muncul & pengguna diharuskan untuk mendownload update terbaru.
Hal ini memang akan membuat PC pengguna menjadi lebih aman dari serangan software jahat berkat adanya security update. Namun seiring berjalannya waktu, pengguna tidak diberikan kontrol mengenai Windows Update mereka. Contohnya seperti yang ada pada Windows XP, jika ada update baru yang sudah terinstall, maka Windows akan meminta pengguna untuk melakukan restart pada PC-nya, pengguna dapat menunda auto restart PC-nya, tetapi notifikasi untuk melakukan restart akan selalu muncul setiap 10 menit dan hal ini akan sangat menyebalkan.
Tak hanya sampai disitu saja, auto update juga akan membuat PC pengguna menjadi lambat karena membutuhkan resource yang banyak dan hal ini akan sangat mengganggu apalagi jika anda jarang membuka PC.
Lalu bagaimana jika pengguna tidak mau melakukan update-nya terlebih dahulu karena sedang melakukan hal yang sangat penting? Hal ini masih bisa dilakukan tetapi hanya sebatas menunda restart PC. Jika anda menggunakan Windows 7 & 8, pengguna dapat menunda auto restart mulai dari 4 jam s/d 3 hari.
Sedangkan untuk Windows 10 sayangnya pengguna tidak bisa menunda auto update-nya meskipun update tersebut juga tidak terlalu penting terkecuali, jika anda menggunakan versi bisnis dari Windows 10, anda masih diperbolehkan menunda Windows Update atau pengguna melakukan Registry tweak pada Windows 10-nya untuk disable auto update.
Lalu mengapa Microsoft sangat bersikeras ke pengguna-nya untuk melakukan Windows Update?
Salah satu alasannya adalah untuk meningkatkan security.
Kalau begitu mengapa Microsoft dari awal tidak membuat Windows kebal dari berbagai serangan software jahat?
Jawabannya adalah karena operating system seperti Windows sangatlah kompleks, banyak sekali titik kegagalan yang tidak diketahui oleh para developer, tapi bisa di temukan oleh para hacker dikemudian hari.
Oleh karena itu, Microsoft juga menawarkan bayaran jika ada pengguna yang menemukan & melaporkan bug pada Windows-nya sebelum para hacker menemukan bug-nya, sehingga team dari Microsoft dapat mengatasinya. Kejadian ini memang sangat langka, tetapi ini menandakan bahwa Microsoft sangat peduli tentang security di Windows-nya.
Lalu jika hanya untuk mengatasi masalah security, mengapa Microsoft juga mewajibkan update untuk hal-hal yang tidak ada hubungannya dengan security? Nah mulai dari sinilah Microsoft memperlihatkan sisi bisnisnya.
Microsoft memperlakukan Windows sebagai layanan. Dengan meningkatnya kecepatan internet & banyaknya pengguna yang mulai menggunakan Cloud Computing, Microsoft ingin memastikan bahwa perusahaannya dapat menjadi yang paling dominan diantara perusahaan sejenis lainnya dengan memberikan peningkatan yang signifikan untuk mengimbangi teknologi canggih dan para konsumen yang sering membeli device baru. Hal ini bisa anda lihat dari pengguna-pengguna yang menggunakan smartphone yang mengikuti trend Free Update.
Microsoft juga mengumumkan bahwa Windows 10 sebagai Windows yang paling terakhir dan akan melakukan update rutin daripada mengharuskan pengguna untuk membeli Windows baru. Jadi untuk memastikan pengguna tidak tertinggal dengan model bisnis ini ditambah dengan keinginan Microsoft untuk membuat penulisan software menjadi lebih mudah untuk para developer, Microsoft mengambil keputusan untuk mewajibkan pengguna Windows 10 untuk melakukan update secara rutin.
Sumber: Techquickie
Editor: Salman “mmonrz”