Justine Haupt merupakan seorang insinyur yang berhasil menciptakan sebuah ponsel aneh dan belum diciptakan oleh vendor-vendor ternama, ponsel tersebut merupakan ponsel yang terbilang cukup aneh dengan nomor yang bisa diputar layaknya telepon rumah pada zaman dulu. Hal yang membuatnya lebih aneh lagi, ponsel ini laku dicari orang.
Justine Haupt sendiri merupakan seorang insinyur peneliti di Brookhaven National Laboratory, New York, Amerika Serikat. Dia bisa dibilang berebeda dengan orang kebanyakan, alasan dia memiliki mindset yang berbeda karena ia anti dengan Smartphone.
Oleh karena itu, Justine Haupt pun menciptakan ponsel aneh yang bernama Rotary Cellphone, Rotary Cellphone merupakan ponsel dengan nomor putar seperti yang ada pada telepon rumah ala tahun 1980-an.
Dengan mengandalkan ide gilanya, Haupt mempromosikan ponsel uniknya melalui situs resmi yang dia kelola sendiri.
Dari segi bentuk pun, ponsel ini terlihat unik dan bisa diibaratkan ponsel kawin silang antara ponsel dan telepon rumah 80-an. Justine Haupt mendesain Rotary Cellphone dengan seorang diri, mulai dari mainboard, kabel dan casing, semuanya ia lakukan sendiri dengan menggunakan printer 3D.
Ponsel buatannya hanya mempunyai 1 fungsi penting, yaitu berkomunikasi dengan orang lain lewat telepon. Menurut Haupt, aneka aplikasi yang ada pada smartphone itu omong kosong.
Pengguna dapat menelpon orang lain selayaknya speed dial, yang berarti pengguna tidak perlu memutar nomornya satu persatu. Setiap nomer dapat mewakili kontak yang ingin ditelepon, pengguna pun hanya bisa menyimpan 10 nomor telepon sebagai speed dial.
Untuk menyalakan Rottary Cellphone, pengguna tinggal menggunakan tombol geser yang ada di ponsel.
Rotary Cellphone menggunakan ATmega2560v mainboard dan FOTA 3G untuk menangkap sinyal dengan antena Quad-band GSM, selain itu ada pula slot SIM Card 3G. Ponsel ini menggunakan 1,2Ah Lippo Battery yang hanya bertahan sampai 2 jam saja.
Dengan fitur yang disuguhkan, Haupt menjual telepon unik tersebut di situs Skysedge.us dengan harga USD 170 atau sekitar Rp 2,3 juta.
Editor : Salman “mmonrz”