Pada pekan lalu, tragedi penembahan di Thailand menyisakan masalah bagi pihak Facebook. Dan untuk kedua kalinya hal ini terjadi, pelaku memposting aksi terorismenya di Facebook, dan pihak mereka pun terlambat untuk merespon post tersebut.
Sebelum penembakan terjadi, Facebook pernah dikecam pada saat terjadinya aksi penembakan di Selandia Baru, dimana pelaku dapat memposting aksi terorisme yang ia lakukan di laman Facebook. Dari kejadian tersebut, Facebook berjanji akan memperketat lagi untuk melihat apa yang pengguna akan post.
Namun sepertinya tidak sesuai dengan apa yang dijanjikan Facebook, saat terjadi aksi penembakan oleh tentara di Thailand, pelaku bisa memposting aksinya di Facebook berkali-kali dalam tragedi pembantaian yang menewaskan orang sebanyak 29 orang dan melukai 58 orang itu.
Mungkin hal ini dianggap sepele atau tidak disadari oleh pengguna Facebook yang berada di luar Thailand, namun bagi pengguna Facebook yang berada di negara Thailand, video aksi pelaku tersebut dapat dilihat oleh banyak orang. Dan akhirnya, Facebook pun kembali menjadi sorotan banyak pihak.
Seharusnya Facebook dapat mencegah hal tersebut dengan memblokir ataupun melakukan mekanisme lain sehingga pelaku aksi terorisme tidak dapat memposting aksinya tersebut pada laman Facebook. Karena, pelaku aksi terorisme tidak pernah peduli tentang panduan aturan yang ada di Facebook.
Dalam aksi penembakan di Thailand, Facebook mengatakan bahwa live streaming pelaku aksi penembakan terbilang sangat singkat dan tidak menunjukan aksi kekerasan. Semua konten yang terkait dengan pelaku sudah dihapus oleh Facebook.
Facebook menegaskan bahwa mereka mempunyai kebijakan untuk menghapus konten yang mendukung aksi terorisme atau penembakan masal, tetapi seharusnya ada yang melaporkan terlebih dahulu ke pihak Facebook sehingga mereka dapat menghapus konten tersebut.
Facebook mengaku bahwa mereka memiliki 15.000 orang moderator yang memantau 2,4 miliar pengguna di seluruh dunia. Berarti 1 moderator harus mengawasi sebanyak 160 ribu orang, moderator ini harus mengawasi konten dengan lebih dari 50 bahasa. Artinya, 1 bahasa harus dikuasai minimal 300 moderator.
Ketika ada laporan yang masuk ke Facebook, moderator inilah yang akan melakukan kajian laporan dari pengguna.
Editor : Salman “mmonrz”