Akhir-akhir ini, banyak muncul genre produk convertible yang menawarkan sales poin yang sama dengan sebuah ultrabook, khususnya di poin portabilitasnya. Jika sebuah ultrabook kental dengan harganya yang ada di segmen menengah ke atas, jenis produk convertible yang sedang marak saat ini di tawarkan dengan harga jauh lebih bersahabat.
Overview
Jauh lebih bersahabat sebab mereka menawarkan spesifikasi yang umumnya jauh di bawah sebuah produk Ultrabook. Sayangnya, dengan spesifikasi yang tergolong minim performa yang ditawarkan-pun tampil ala kadarnya. Hal ini diperparah dengan keterbatasan pada opsi upgrade komponen seperti halnya produk-produk ultrabook. Persaingan harga terutama pada produk laptop kelas low-end, membuat pihak pabrikan melakukan optimasi agar produk mereka memiliki nilai lebih di mata calon pengguna.
Terkait hal tersebut, kali ini pemmchannel mencoba mengulas sebuah produk yang merknya termasuk pendatang baru. Chuwi Hi12 namanya, sebuah produk jenis convertible notebook yang saat ini banyak ditawarkan dengan rentang harga “wajar” sebenarnya, jika di lihat dari spesifikasi yang ia tawarkan. Tapi, jadi terkesan kurang ajar saat kita tahu, ia buatan negeri china yang masih di ragukan kualitas terutama durabilitasnya. Sebagai informasi, beberapa produk convertible dari brand ternama, ada yang ditawarkan di harga yang lebih murah.
Nah optimasi yang ditanamkan Chuwi pada Hi12 ini yang berhasil mengangkat value dari produk ini dan berbalik membuat banyak calon pengguna penasaran. Banyak kelebihan yang ditawarkan Chuwi Hi12 ini yang tidak atau belum ditawarkan para kompetitornya. Penasaran? Mari simak penelusuran pemmzchannel dalam artikel review kali ini.
Layar 12 inch Resolusi Tinggi, Bergunakah?
Chuwi sukses menyihir Pengguna komputer portabel Indonesia, dan bahkan mungkin juga banyak negara lain, dengan level kualitas LCD di atas rata-rata produk sejenis dari brand lain. Jika produk yang lebih dulu hadir hanya menawarkan layar dengan resolusi HD, Chuwi memberi opsi layar 2K Retina 2160 x 1440). Pertanyaannya, apakah resolusi layar yang tinggi memang berguna dan diperlukan pada sebuah produk convertibel yang menjual portabilitas sebagai sales poin utama?.
Lewat test pakai yang kita lakukan sehari-hari, dengan jenis pemakaian basic seperti mengolah dokumen, browsing, video streaming serta multimedia di Internet, resolusi tinggi pada layar Chuwi Hi12 menambah pengalaman visual yang jauh lebih baik. Selama mata pengguna terbiasa dengan ukuran teks yang kecil jika dibanding ukuran teks yang biasa ada pada layar notebook resolusi HD, dijamin anda serasa memiliki workstatsion yang jauh lebih luas. Kualitas layar sentuh berteknologi IPS-nya pun cukup baik untuk mendukung viewing angle dari berbagai sisi. Tentu saja, ia memiliki kekurangan. Pertama, ia mengkonsumsi daya lebih besar dari panel beresolusi HD. Kedua, akurasi titik sentuh yang nanti akan kita bahas di segmen selanjutnya
Detachable Workstation, Antara Portabilitas dan Responsifitas
Chuwi Hi12 menawarkan panel dengan fitur layar sentuh yang dikombinasikan dengan konsep workstation yang bisa di lepas pasang atau istilahnya detachable. Di sini pengguna diberi dua opsi mengirim input ke sistem operasi. Kedua input ini ternyata memiliki kenyaman yang berbeda saat digunakan sistem operasi yang berbeda. Karena, Chuwi Hi12 ini memang menawarkan dua jenis sistem operasi, Windows 10 dan Android Lollipop.
Eksperimen komputasi seperti mengetik di atas keyboard docking dan mengontrol kursor menggunakan touchpad pada mode Windows tidak ada bedanya dengan notebook standar pada umumnya, khususnya perihal Responsifitas dan akurasi. Agak berbeda saat beralih ke mode Android dimana seringkali mengalami delay. Terutama sekali, sesaat setelah melakukan ketikan panjang atau menghapus teks teks panjang. Begitupun responsifitas touchpad yang jauh berkurang.
Sedangkan fungsi layar sentuh, secara overall sudah lebih baik dibanding saat dahulu kami mencoba di device berbasis windows 8. Namun sayangnya, luas layar 12-inch kurang nyaman untuk resolusi sekelas retina pada layar Chuwi Hi12. Hal ini disebabkan oleh jumlah DPI (Dot per Inch) yang tinggi, membuat titik yang akan di sentuh seringkali tidak selalu tepat, terutama saat tergesa-gesa menseleksi teks di aplikasi word atau browser. Tapi seperti kita ketahui, hal ini sedikit banyak disebabkan oleh kemampuan Mcirosoft yang belum sempurna menghadirkan pengalaman komputasi layar sentuh dibanding produk tablet Apple, bahkan jika dibanding Android. Yap, karena kami bisa pastikan, bekerja mengandalkan layar sentuh di mode Android Lollipop lebih baik dari Windows.
Docking keyboard untuk Chuwi Hi12 ini tak banyak berbeda dengan area keyboard pada netbook atau notebook mini. Ukuran key-cap tergolong besar mencapai 15 x 15 mm, sama besar dengan key-cap beberapa laptop gaming 15-inch yang beredar saat ini. Terlihat sangat proposional jika melihat dari space yang ada. Responsifitasnya lumayan baik, mirip keyboard yang digunakan laptop multimedia Asus. Kami mendengar sedikit noise saat bekerja di atas keyboard docking ini. Material uppercase yang terbuat dari plastik, dan rongga yang terbentuk dibawah keyboard, membuat noise yang timbul sedikit mengganggu saat beberapa dari mereka di tekan dalam waktu yang cepat. Begitupun saat jari pengguna mengusap permukaan touchpad, suara seretan jari di atas touchpad terdengar cukup jelas.
Beberapa kekurangan terkait fungsionalitas juga kita temukan pada keyboard Hi12 ini. Paling mengecewakan adalah, tidak hadirnya Fn key yang berfungsi mengatur brightness layar. Jadi pengguna harus melakukannya manual lewat seting display pada sistem operasi. Kedua, tidak hadirnya backlit yang untuk rentang harga ini, sebenarnya masih sangat dimaklumi.
Spesifikasi Chuwi Hi12
OS : Windows 10 and Android 5.1 (REMIX OS)
CPU : Intel Atom Quad Core Z8350, 1.44 GHz ~ 1.92 GHz (21 x 80)
RAM : DDR3L 4GB 1066 MHz (Onboard)
Storage : 64GB (Expandable up to 128GB via MicroSD)
Display : 12-inch 2160 x 1440 IPS Capacitive (10-Point)
WiFi : Realtek 8723BS 802.11 b/g/n + Bluetooth
Camera : 5 MP front + 2MP rear
Battery Cap : 3.7V / 11000mAh
Weight & Dim : 852 gram / 296.7 x 202.8 x 8.90 mm
I/O : On Tablet : 3.5 mm Audio combo port, 1x micro HDMI, 1x micro USB, 1x USB 2.0, 1x USB 3.0, 1x micro-SD Crad Reader
: On Keyboard Docking : 2x USB 2.0
Mari lihat spesifikasi yang ditawarkan Chuwi Hi12 ini sebelum kita bahas bagian performa. Yang pertama perlu anda ketahui, Hi12 berbasis SoC (System on Chip) dari keluarga Intel Atom yang merupakan jenis processor all-in-one berdaya rendah, Intel Atom Z8350 tepatnya. SoC berinti 4 ini di desain memiliki SDP (Scenario Design Power) hanya 2 Watt. Wajar ia bisa didinginkan tanpa menggunakan kipas, atau istilahnya berpendingin pasif. Untuk grafis yang ditawarkan, ia membekal Intel HD berGPU clock maksimal 500 MHz yang mamiliki kemampuan multi-display hingga 2 output.
Kapasitas RAM sebesar 4GB adalah optimasi pertama yang jarang dimiliki produk sejenis lain. Sebagai informasi, SoC ini sejatinya hanya mendukung kapasitas RAM maksimal 2 GB. Jadi, Chuwi patut mendapat jempol sebab mampu membuat kapasitas RAM menjadi 4 GB. Untuk internal storage, Chuwi Hi12 dibekali NAND Flash berkapasitas 64GB dengan jumlah partisi mencapai 15 partisi sebab kebutuhan dual-OS Windows dan Android. Free space tersisa pada mode windows sendiri hanya sekitar 30GB, Sedangkan pada mode Android, tersisa sekitar 8GB. Untuk meningkatkan kapasitas penyimpanan, disediakan sebuah micro-SD Card reader yang bisa membaca memory-card hingga 128 Gb.
Performa
– Hardware
Intel Atom X5 berbasis Chery-trail ini punya clock speed yang terbilang cukup tinggi jika melihat dari konsumsi daya yang ia butuhkan. Tapi setelah dilihat lagi, ia berjalan di BCLK 80 MHz, yang artinya, multiplier-nya lah yang membuat CPU clock speed terlihat tinggi.
Dari experience yang saya dapatkan selama menggunakan Chuwi Hi12 baik dalam mode Windows maupun Android, nampaknya performa SoC Intel Atom X5 Z8350 ini masih di bawah Laptop murmer bertenaga Intel Celeron. Terutama Responsifitas saat berpindah dari satu aplikasi ke aplikasi yang lain. Apalagi, jika salah satu aplikasi tersebut menyedot resource RAM yang cukup tinggi seperti chrome. Jangan Tanya deh untuk kegiatan editing video, untuk editing foto resolusi menengah saja, terlihat sekali hardware pada Chuwi Hi12 ini ngos-ngos-an.
Walau Di tunjang RAM sebesar 4GB yang berjalan di mode single channel, performa Chuwi Hi12 sudah cukup mampu membuatnya berakselerasi di Windows 10 yang terkenal cukup banyak menguras resource Memory. Core sebanyak 4 buah
Kesimpulan
Harga yang anda bayarkan akan lebih banyak membeli desain dan sales poin portabilitasnya. Karena, untuk performa, sebaiknya anda berfikir ulang. Atau saya sarankan membeli laptop standar sekalipun bertenaga Celeron. Tapi jika anda memang mencari convertible device, dibanding beberapa produk sejenis, harga yang di tawarkan masih price to performace banget, tambah lagi dengan kualitas layar, kapasitas RAM dan system operasi original dimana kebanyakan produk sejenis, belum menyertakan OS original.
Nah, keputusan ada pada anda sekarang. Jika anda tipikal orang yang terbiasa menggunakan laptop berspesifikasi cepat, sebaiknya anda tidak usah mencoba produk ini. Kecuali jika anda sudah belajar jadi orang yang lebih sabar.
Baca juga : Review: Axioo Windroid 9G – Convertible 2 in 1 Terjangkau Dual OS
Plus :
- Layar IPS dengan resolusi tinggi
- Build Quality dan Material Di atas rata-rata produk berharga setara
Minus :
- Tidak ada function shortcut untuk mengatur brightness LCD.
- Sensor Auto Rotate sangat sensitif