Penyebaran virus Corona yang semakin banyak menyebabkan beberapa perusahaan teknologi negeri tirai bambu menjadi terkena getahnya. Qualcomm mengatakan bahwa penyebaran wabah tersebut dapat mempengaruhi pasukan teknologi yang dibuat oleh mereka (berupa chipset ataupun produk lainnya).
Qualcomm merupakan perusahaan terbesar untuk komponen System on Chip atau yang dikenal dengan SoC dan yang sering digunakan dalam smartphone.
Ini berarti, jika produksi System on Chip Qualcomm terganggu maka rantai pasokan komponen smartphone ke produsen akan mengalami hambatan.

Executive Vice President dan Chief Financial Officer Qualcomm, Akash Palkhiwala, mengatakan bahwa mereka akan menemui banyak hal yang tidak pasti secara signifikan terkait dampak wabah tersebut terhadap permintaan perangkat dan rantai pasokan komponen.
Palkhiwala juga menyadari bahwa wabah ini memungkinkan saham Qualcomm akan menurun secara drastis. Ia pun memperkirakan harga saham tersebut akan berkisar di angka sekitar 0,80 sen hingga 0,95 sen USD di Q2 mendatang, menurun dari taksiran angka terendah 0,85 sen USD di Q1.
Harga saham Qualcomm pun sempat mengalami penurunan ke angka 86,40 sen USD kurang lebih dari sehari setelah Palkhiwala melontarkan komentar terkait wabah tersebut. Namun, harga saham kembali mengalami kenaikan dan berada di angka 87,42 sen USD.
Qualcomm telah meyakinkan ke para investor bahwa produksi mereka tidak akan terfokus kepada wilayah China saja.
Terlebih lagi, kekuatan pasar konektivitas 5G sendiri ditaksir akan sangat mencolok di tiga negara yang notabene berada di luar negara China, yaitu Korea, Amerika Serikat, dan Jepang.
Editor : Salman “mmonrz”




















