Di balik popularitas Android sebagai sistem operasi paling banyak digunakan di dunia, tersembunyi satu persoalan serius yang kerap diabaikan pengguna. Fakta menunjukkan bahwa lebih dari 30 persen pengguna Android global masih bertahan di Android 13 atau versi yang lebih lama. Padahal, sistem operasi ini pertama kali diperkenalkan pada 2022 dan kini sebagian besar perangkatnya sudah tidak lagi menerima pembaruan keamanan resmi dari Google.
Masalahnya bukan semata soal fitur baru yang terlewat. Ponsel Android yang berhenti mendapat update ibarat rumah tanpa kunci yang terus dibiarkan terbuka. Setiap hari, perangkat tersebut tetap terhubung ke internet, digunakan untuk komunikasi, transaksi, hingga menyimpan data pribadi yang sensitif. Sayangnya, banyak pengguna belum menyadari bahwa di balik layar, risiko keamanan justru semakin besar.
Celah Keamanan Jadi Ladang Empuk Bagi Pelaku Kejahatan Siber
Ketika Google merilis pembaruan keamanan bulanan, tujuannya bukan sekadar rutinitas teknis. Update tersebut biasanya menutup puluhan hingga ratusan celah yang bisa dimanfaatkan peretas. Sebagai contoh, dalam satu pembaruan saja, lebih dari seratus celah keamanan berhasil diperbaiki, termasuk yang berstatus kritis.

Masalah muncul ketika perangkat tidak lagi kompatibel dengan update tersebut. Artinya, celah yang sudah diketahui publik tetap terbuka di ponsel lawas. Kondisi ini membuat perangkat Android lama menjadi target ideal bagi pelaku kejahatan siber. Mereka tidak perlu mencari celah baru, cukup memanfaatkan kerentanan yang sudah terdokumentasi dengan baik.
Dampaknya pun bukan hal sepele. Dari pencurian akun media sosial, pengambilalihan email, hingga kebocoran data perbankan, semuanya bisa berawal dari sistem operasi yang usang. Bahkan, beberapa laporan keamanan menyebutkan bahwa lebih dari separuh perangkat mobile di dunia sempat menjalankan sistem operasi yang sudah tidak aman dalam periode tertentu.
Fragmentasi Android dan Pilihan Aman bagi Pengguna
Berbeda dengan Apple yang mengontrol penuh ekosistemnya, Android harus berhadapan dengan fragmentasi yang kompleks. Ratusan produsen menggunakan Android dengan kombinasi chipset, hardware, dan antarmuka berbeda. Akibatnya, distribusi pembaruan keamanan menjadi lambat dan tidak merata. Dalam banyak kasus, meski Google sudah merilis patch, pembaruan tersebut tidak pernah sampai ke tangan pengguna.

Inilah sebabnya mengapa sebagian besar iPhone masih menerima update, sementara Android tertinggal jauh. Situasi ini menciptakan pola berbahaya: peretas mengetahui perangkat mana yang rentan dan menargetkannya secara spesifik.
Bagi pengguna Android, kondisi ini seharusnya menjadi bahan pertimbangan serius. Mempertahankan ponsel lama memang terasa lebih hemat, tetapi risiko keamanan digital yang mengintai bisa jauh lebih mahal. Mengganti perangkat ke model yang masih mendapat update keamanan bukan sekadar soal gaya atau fitur baru, melainkan langkah perlindungan data jangka panjang yang semakin relevan di era digital saat ini.
Baca juga:
- Pindah Android ke iPhone Makin Gampang! Cek Fitur Baru Ini
- Cek Daftar HP Update HyperOS 3 Android 15! Xiaomi & POCO Kamu Kebagian?
- Android 17 Bakal Tiru iOS? Google Siapkan Motion Assist untuk Atasi Mabuk Perjalanan!
Cari gadget berkualitas dengan harga terbaik? Temukan pilihan laptop, PC, dan komponen PC dengan harga terbaik hanya di Pemmz.com.
Cari tahu juga update berita terkini dan teraktual seputar teknologi dan gadget di Pemmzchannel.com.





















