Dalam sebuah langkah yang dinilai sebagai sebuah terobosan yang besar di dunia teknologi wearable,. Samsung dikabarkan sedang bersiap untuk Memakai baterai solid-state pada produk-produk wearable mereka. Kabar ini pertama kali muncul dari sebuah laporan terbaru yang berasal dari Korea Selatan, yang mengungkapkan bahwa raksasa teknologi asal negeri ginseng tersebut tengah mempersiapkan inovasi terbaru di bidang baterai. Jika benar, teknologi baru ini akan menawarkan tingkat keamanan yang lebih tinggi serta efisiensi energi yang jauh lebih baik dibandingkan baterai lithium-ion konvensional yang selama ini digunakan.
Bagi Samsung, langkah ini bisa menjadi titik balik penting, terutama setelah insiden memalukan yang melibatkan baterai Galaxy Note 7 yang mudah terbakar beberapa tahun silam. Dengan beralih ke baterai solid-state, mereka tidak hanya meningkatkan keandalan produk, tetapi juga bisa memimpin persaingan di pasar wearable yang semakin ketat. Lantas, seperti apa sebenarnya baterai solid-state ini, dan kapan kita bisa melihatnya di produk-produk Samsung?
Mengenal Baterai Solid-State
Baterai solid-state sebenarnya bukanlah konsep yang benar-benar baru, tetapi penerapannya di perangkat konsumen masih tergolong langka. Berbeda dari baterai lithium-ion biasa yang menggunakan elektrolit cair, baterai solid-state menggantikannya dengan material padat. Perubahan mendasar ini membawa sejumlah keunggulan yang sangat menarik, terutama untuk perangkat wearable yang membutuhkan keamanan dan efisiensi tinggi.

- Pertama, baterai solid-state menawarkan kepadatan energi yang jauh lebih tinggi. Artinya, dalam ukuran yang sama—atau bahkan lebih kecil—baterai ini bisa menyimpan daya lebih banyak. Ini adalah kabar baik untuk perangkat seperti smartwatch atau earbuds yang sering kali dibatasi oleh kapasitas baterai kecil.
- Kedua, baterai solid-state memiliki desain yang lebih fleksibel. Karena tidak bergantung pada elektrolit cair, bentuknya bisa disesuaikan dengan kebutuhan produk, termasuk untuk perangkat dengan desain unik seperti cincin pintar (smart ring).
Namun, keunggulan paling penting dari baterai ini adalah tingkat keamanannya. Tanpa cairan yang mudah terbakar, risiko kebakaran atau ledakan bisa diminimalisir. Bagi Samsung, yang pernah mengalami krisis kepercayaan akibat masalah baterai, aspek keamanan ini pastinya menjadi prioritas utama.
Meski begitu, teknologi ini juga memiliki tantangan tersendiri, seperti biaya produksi yang masih tinggi dan masa pakai yang perlu diuji lebih lanjut. Apakah Samsung bisa mengatasi semua hambatan ini sebelum meluncurkannya ke pasar?
Galaxy Ring Jadi Produk Pertama yang Gunakan Baterai Solid-State
Menurut laporan yang beredar, Samsung tidak akan langsung menerapkan baterai solid-state ke semua produk wearable mereka sekaligus. Sebaliknya, perusahaan akan melakukannya secara bertahap, dimulai dari perangkat terkecil terlebih dahulu.

Produk pertama yang akan mendapatkan baterai solid-state adalah Galaxy Ring, cincin pintar yang baru saja diperkenalkan Samsung awal tahun ini. Namun, karena teknologi ini masih dalam pengembangan, kemungkinan besar bukan generasi pertama Galaxy Ring yang akan menggunakannya, melainkan generasi kedua atau ketiga yang diperkirakan baru rilis pada kuartal keempat tahun 2025.
Setelah itu, Samsung akan menghadirkan baterai solid-state untuk earbuds mereka, dengan jadwal peluncuran sekitar kuartal keempat 2026. Sementara untuk smartwatch, teknologi ini baru akan diterapkan pada akhir 2027. Sayangnya, untuk smartphone, belum ada kabar pasti kapan Samsung akan mengadopsi baterai solid-state, mengingat tantangan teknis dan biaya produksinya yang masih sangat tinggi untuk perangkat berukuran besar.
Tantangan Harga: Akankah Konsumen Mau Membayar Lebih Mahal?
Salah satu pertanyaan besar yang mengiringi kabar ini adalah: Seberapa mahal nantinya produk-produk Samsung yang menggunakan baterai solid-state? Pasalnya, biaya produksi baterai jenis ini masih jauh lebih tinggi dibandingkan baterai lithium-ion biasa.

Galaxy Ring sendiri sudah tergolong sebagai produk premium dengan harga yang tidak murah. Dengan tambahan teknologi baru ini, harganya bisa semakin melambung. Pertanyaannya, apakah konsumen bersedia merogoh kocek lebih dalam hanya untuk mendapatkan baterai yang lebih aman dan tahan lama? Di satu sisi, keamanan dan efisiensi adalah faktor penting, terutama bagi pengguna yang aktif. Namun di sisi lain, jika harganya terlalu tinggi, bisa jadi hanya segelintir konsumen yang mampu membelinya.
Meski demikian, jika Samsung berhasil memproduksi baterai solid-state dalam skala massal untuk perangkat wearable, langkah selanjutnya menuju penerapan di smartphone mungkin hanya soal waktu. Jika itu terjadi, kita mungkin sedang menyaksikan awal dari revolusi baru di dunia baterai perangkat elektronik.
Bagaimana menurutmu? Apakah kamu tertarik mencoba produk Samsung dengan baterai solid-state, meski harganya lebih mahal?
Baca juga:
- Samsung Galaxy Z Flip7 Hadir Tanpa Bezel? Bocoran Ini Bikin Heboh!
- Performa Samsung Galaxy M56 Bocor di Geekbench, Netizen Kaget Lihat Skornya!
- Perbandingan Samsung Galaxy A Series vs M Series, Mana yang Lebih Gahar?
Cari gadget berkualitas dengan harga terbaik? Temukan pilihan laptop, PC, dan komponen PC dengan harga terbaik hanya di Pemmz.com.
Cari tahu juga update berita terkini dan teraktual seputar teknologi dan gadget di Pemmzchannel.com.



















