Beberapa hari terakhir jagat media sosial dihebohkan oleh klaim bahwa Google menggunakan isi email pengguna Gmail Dipakai latih AI mereka. Postingan itu beredar cepat, terutama setelah seorang pengguna Twitter/X bernama Dave Jones mengunggah peringatan agar semua orang mematikan Smart Features. Unggahannya sudah dilihat jutaan kali dan memicu kekhawatiran soal privasi.
Namun, semakin viral sebuah klaim bukan berarti informasi tersebut benar. Google akhirnya angkat suara dan menegaskan bahwa tuduhan tersebut tidak sesuai fakta. Menurut perusahaan, tidak ada satu pun perubahan kebijakan yang menjadikan isi email pengguna sebagai bahan pelatihan model AI seperti Gemini.
Penjelasan Google Tentang Klaim Gmail Dipakai Latih AI
Dalam tanggapan resminya, Google menyebut laporan yang beredar itu menyesatkan dan memutarbalikkan konteks asli Smart Features. Fitur yang sudah ada selama bertahun-tahun ini pada dasarnya dirancang untuk membantu aktivitas sehari-hari, seperti pemeriksaan ejaan otomatis, melacak paket, hingga menambahkan detail penerbangan ke kalender secara instan.

Google menegaskan bahwa meskipun pengguna mengaktifkan Smart Features, konten email tidak dan tidak akan digunakan untuk melatih AI generatif, termasuk Gemini. Hal yang sama berlaku untuk pengguna Google Workspace. Data yang dibaca sistem hanya dipakai untuk memberikan personalisasi pengalaman, misalnya menampilkan saran pintar atau mengatur informasi lebih cepat bukan untuk memperkaya model AI di luar layanan tersebut.
Dalam dokumen kebijakannya, Google juga menyampaikan bahwa mereka tidak menggunakan data pribadi Workspace untuk melatih model besar apa pun tanpa izin. Kebingungan muncul karena sebagian orang mengira “mengizinkan personalisasi” identik dengan “mengizinkan pelatihan AI,” padahal keduanya merupakan dua proses yang berbeda.
Kenapa Isu Ini Cepat Viral? dan Apa yang Perlu Dipahami Pengguna
Isu seputar penyalahgunaan data memang sangat sensitif, apalagi setelah beberapa perusahaan AI diketahui melatih modelnya menggunakan konten publik tanpa izin. Tidak heran jika publik lebih mudah waspada dan cepat bereaksi.

Namun kasus Gmail ini berbeda. Google menyatakan bahwa jika ada perubahan terkait penggunaan data, mereka akan selalu mengumumkannya secara jelas. Transparansi menjadi hal yang mereka janjikan karena layanan seperti Gmail sudah digunakan miliaran orang setiap hari.
Di sisi lain, pengguna tetap memiliki hak penuh untuk mempertanyakan cara perusahaan memanfaatkan data. Pengawasan seperti ini justru penting untuk menjaga praktik AI agar tetap etis dan bertanggung jawab. Tetapi sebelum menarik kesimpulan, memahami konteks fitur dan membaca kebijakan yang berlaku menjadi langkah yang tak kalah penting.
Pada akhirnya, klaim bahwa Google melatih AI menggunakan email Gmail terbukti keliru. Smart Features hanyalah alat untuk mempermudah hidup pengguna bukan pintu belakang untuk memberi makan data ke model AI.
Baca juga:
- Cara Buat Prompt AI: Rumus Rahasia Agar Hasil Akurat & Cerdas!
- Ini Rekomendasi HP Samsung 1 Jutaan Terbaik di Akhir Tahun 2025!
- Gak Perlu Laptop! Begini Cara Nulis di Smartphone Pakai AI, Jurnalis Wajib Tau!
Cari gadget berkualitas dengan harga terbaik? Temukan pilihan laptop, PC, dan komponen PC dengan harga terbaik hanya di Pemmz.com.
Cari tahu juga update berita terkini dan teraktual seputar teknologi dan gadget di Pemmzchannel.com.




















