Belakangan, banyak anak muda menggunakan ChatGPT sebagai “teman curhat” maupun untuk meminta saran kesehatan mental. Tapi tahukah kamu? Sam Altman, CEO OpenAI, secara tegas menyatakan bahwa AI seperti ChatGPT tidak dirancang untuk menggantikan terapis profesional. Dalam podcast This Past Weekend with Theo Von, Altman mengingatkan bahwa meskipun AI semakin canggih dalam memahami emosi, tidak ada jaminan kerahasiaan data yang kamu bagikan.
Berbeda dengan terapis sungguhan yang dilindungi undang-undang kerahasiaan pasien, obrolan dengan chatbot bisa saja disimpan atau bahkan digunakan untuk kepentingan hukum di masa depan. Mengapa ini berbahaya?
- ChatGPT tidak memiliki legal binding untuk menjaga rahasiamu.
- Data curhatanmu bisa diakses oleh pihak ketiga atau digunakan sebagai bukti di pengadilan.
- OpenAI sendiri mengakui belum memiliki solusi untuk masalah privasi ini.
Jadi, meski AI terasa “ramah”, sebaiknya jangan menjadikannya tempat bergantung untuk masalah sensitif!
ChatGPT Tak Bisa Gantikan Peran Terapis Manusia
Sam Altman mengakui bahwa model AI terbaru seperti GPT-4 sudah lebih peka secara emosional. ChatGPT bisa merespons dengan empati, memberi saran umum, atau sekadar mendengarkan. Tapi, kecerdasan emosional AI tidak sama dengan keahlian terapis manusia. Perbedaan utama:

Regulasi & Etika
- Terapis punya kode etik dan hukum (seperti HIPAA di AS) yang melindungi privasi pasien.
- ChatGPT tidak diwajibkan mematuhi standar ini, sehingga data curhatanmu berisiko bocor.
Kedalaman Pemahaman
- AI hanya merespons berdasarkan data pelatihan, tanpa pengalaman nyata.
- Terapis manusia bisa menyesuaikan pendekatan berdasarkan konteks unik setiap pasien.
Akuntabilitas
- Jika AI memberi saran salah yang berakibat buruk, tidak ada yang bisa dituntut.
- Terapis profesional bertanggung jawab secara hukum atas rekomendasi mereka.
Bagaimana Cara Aman Menggunakan ChatGPT?
Meski tidak disarankan untuk curhat masalah sensitif, bukan berarti ChatGPT tidak bermanfaat. Berikut tips memanfaatkannya tanpa mengorbankan privasi:

Gunakan untuk Saran Umum
- Contoh: Tips mengatasi stres ringan, rekomendasi buku self-help, atau teknik relaksasi.
- Hindari: Membagikan detail pribadi seperti nama, alamat, atau riwayat medis spesifik.
Aktifkan Mode Private (Jika Tersedia)
- Beberapa platform AI menyediakan opsi “incognito mode” yang tidak menyimpan riwayat chat.
Selalu Verifikasi Informasi
- Jangan percaya 100% pada saran medis/psikologis dari AI. Cross-check dengan sumber terpercaya atau profesional.
Gunakan Layanan Kesehatan Mental Alternatif
- Jika butuh bantuan serius, manfaatkan layanan seperti hotline konseling, aplikasi teletherapy (misalnya Halodoc atau Konsula), atau langsung ke psikolog.
Nah, sekarang kamu sudah tahu alasan di balik peringatan Sam Altman. Meski ChatGPT keren, tetap bijak dalam menggunakannya, ya! Kalau menurutmu, sejauh apa seharusnya AI terlibat dalam urusan kesehatan mental? Share pendapatmu di komentar!
Baca juga:
- ChatGPT dan Gemini Bisa Dibobol dengan Prompt Acak, Begini Faktanya!
- CMF Watch 3 Pro Resmi Dirilis! Tawarkan ChatGPT Built-in, Berapa Harganya?
- OpenAI Perkenalkan ChatGPT Agent, Asisten AI yang Mampu Menyelesaikan Tugas Sendiri!
Cari gadget berkualitas dengan harga terbaik? Temukan pilihan laptop, PC, dan komponen PC dengan harga terbaik hanya di Pemmz.com.
Cari tahu juga update berita terkini dan teraktual seputar teknologi dan gadget di Pemmzchannel.com.























