Seiring perkembangan zaman, industri gaming sekarang ini banyak menciptakan inovasi yang terkadang menimbulkan dilema antara positif dan negatif, ditahun 2019 ini dunia gaming pun tidak bisa diremehkan. E-sport di dunia yang semakin besar dan juga game streamer yang menjadi mata pencaharian pokok.
Oleh karena itu, tentunya harus ada game maker yang berkompeten, selain dari game maker yang setingkat dengan game AAA, namun lambat laun game Indie sekarang pun cukup bertumbuh sangat pesat dan juga menjadi kontributor besar di dunia game.
Namun yang seperti kita tahu seiring beredarnya stigma yang beredar, Game Indie pun sering dicap game yang gagal, mau dari kualitas game yang biasanya dari segi visual mungkin dianggap kurang dikarenakan budget yang terbatas atau staff yang minim walaupun fakta yang sebenarnya game Indie pun tidak kalah jauh dengan game AAA mau dari segi elemen gameplay ataupun dari segi mekanik yang juga tidak kalah inovatif.

Saat ini bisa dibilang Steam Store menjadi gerbang terbesar untuk developer game Indie untuk merilis game-game mereka yang mempunyai potensinya masing-masing dan sering akhirnya merambah ke platform lainnya terutama Nintendo Switch.
Namun karena keterbatasan studio, developer game Indie terkadang kesulitan bersaing dengan game-game yang sudah rutin rilis di PC atau konsol-konsol high end, karena stigma itu tadi. Game Indie sering dicap kurang berkualitas dan terpaksa harus bergabung ke perusahaan besar demi publish gamenya.
Inti masalah dari masa depan game Indie ini adalah melihat berbagai produk jembatan game yang bermodel bisnis iuran seperti XBOX Game Pass dan Google Stadia yang akan segera rilis tahun depan, bisnis iuran sendiri lebih selektif dalam perilisan yang secara tidak langsung akan menekan developer game Indie untuk lebih bisa mengembangkan game-gamenya.


Untuk sekarang ini, masih ada dua suara dimana gaming dengan model iuran/subscription akan menjadi tren gaming masa depan dan kubu satunya memilih gaming seperti saat ini yang cukup membeli gamenya. Namun dibalik semua itu, kembali lagi semua ini tinggal perusahaan game mana yang lebih berani dalam memasarkan penjualan gamenya masing-masing dan mencoba untuk survive di pasar game secara global.
Edited : Salman “mmonrz”























