Berita gembira yang mungkin bisa di bilang sebagai kado akhir tahun terbaik bagi mobile gamer tahun ini adalah update town hall 11 pada game Clash of Clans. Bersama dengan kesuksesan game ini, nama sang perusahaan developer, Supercell pun tak asing lagi. Namun, tak banyak yang tahu siapakah pribadi di balik layar yang telah mendirikan perusahaan ini. Siapakah dia, Ilkka Paananen, pria tampan asal Finlandia ini? Kenali kepribadian sang CEO dan founder Supercell berikut ini.
Ikka Paananen merupakan founder Supercell, perusahaan developer mobile game yang bermarkas di Helsinki, Finlandia. Pria kelulusan Universitas di Finlandia bernama Teknillinen korkeakoulu-Tekniska högskolan ini menyandang gelar Master of Science dengan jurusan International Business Strategy pada tahun 2009.
“Games are a form of art, not a science.”
Entrepeneur game muda ini memiliki pengalaman lebih dari 10 tahun memulai perusahaan startup. Ia memulai karirnya pada tahun 2000 dengan membangun startup developer game mobile Sumea. Pada tahun 2004, founder Supercell menjadi bagian di sebuah perusahaan cross-platform social game, Digital Chocolate sebagai managing director hingga pada tahun 2010 menjadi president perusahaan tersebut.
“He’s very humble, down to earth, no ego, doesn’t tolerate politics,” ungkap Kevin Comolli, orang pertama yang berinfestasi di Supercell.
Paananen dikenal sebagai salah satu CEO yang paling rendah hati, padahal dalam 3 tahun hasil startupnya, Supercell telah bernilai $3 milyar. Pria yang dinobatkan oleh Wired sebagai digital influencer no 5 dunia ini menyebutkan dirinya tidak pernah memulai startup tersebut dengan dasar mencari profit. Ia bahkan menjuluki dirinya “the least powerful CEO in the world”. Dalam sebuah wawancara dengan Articstartup, Pria yang juga menyukai musik dan olahraga ice hockey ini dilontarkan sebuah pertanyaan tentang bagaimana perasaannya menjadi seorang millionare. Founder Supercell menjawabnya dengan sangat sederhana.
“You know, I mean I have never worked for money so it really does not change in my life. Actually, I don’t know how it feels, I have not really thought about it.”
Uniknya, perusahaan tersebut merayakan kegagalan mereka yang terjadi. “if they like it, development continues; if they don’t, it gets killed — and the team pops a bottle of Champagne.” Bahkan Paananen menyatakan bahwa perusahaannya tidak bergantung pada birokrasi, namun semuanya berjalan dalam keterbukaan. Founder Supercell ini membangun tim profesional yang berjumlah tidak banyak, dimulai dari 5 orang saja.
Comments 1