Spesifikasi hardware sudah pasti menjadi tolak ukur baik buruknya Performa grafis saat notebook kita gunakan untuk bermain games. Jika yang dibicarakan processor Desktop, ceritanya akan sedikit lain, karena biarpun dari kasta Dual Core, CPU Desktop lebih mudah di”pacu” dengan kecepatan yang lebih tinggi. Bagaimana jika kita “terpaksa” menggunakan mobile CPU dual core mid-low untuk mendukung kegiatan gaming kita, Intel Core i3 misalnya.
Pada investigasi kali ini, tim pemmzchannel akan melakukan sedikit percobaan yang membandingkan kemampuan sebuah mobile GPU saat di sandingkan dengan 3 jenis CPU yang ada di platform notebook, mulai dari intel core i7, intel core i5 hingga intel core i3. Pada percobaan kali ini kita menggunakan test bad yakni All New Xenom Pegasus PS15HC. Dan sebagai tambahan informasi, hanya All New Xenom Pegasus ini yang masih menawarkan opsi CPU Upgrade.
Latar Belakang
Artikel ini ditujukan untuk menjawab banyaknya pertanyaan mengenai bagaimana performa CPU dual core jika digabungkan dengan GPU yang kastanya menengah ke atas untuk keperluan gaming. Yang mana, CPU dual core umumnya ada di segmen mid-low, yakni Pentium, core i3 hingga core i5.
Mobile CPU = Bottleneck
Hal ini memang tidak bisa dipungkiri, tapi kita juga tahu, sesuperior apapun mobile CPU, ia masih kewalahan mengimbangi performa mobile GPU yang kian lama makin menipiskan GAP performance dengan versi desktop-nya. Nah hal ini sekaligus menjawab, mengapa kebanyakan notebook gaming ternama dibekali core i7. Ya, tentu saja untuk meminimalisir kasus bottleneck.
Gaming with Core i3?
Kita sama-sama tahu, bermain game sangat jarang dipadukan dengan kegiatan komputasi lain, atau dengan kata lain, gaming merupakan kegiatan single tasking atau dominan. Karena itulah, kita akan sama-sama mencari tahu, dampak kombinasi CPU kelas start-up dengan GPU yang kita anggap cukup mumpuni untuk gaming 3d.
Test Bad Pengujian
Pada pengujian kali ini, kami menggunakan test bad sederhana yakni sebuah notebook dari vendor lokal yang memang menawarkan opsi CPU upgrade, hal yang menjadikan pengujian ini menjadi lebih mudah karena cukup satu buah notebook dengan tiga varian CPU.
- Barebone : All New Xenom Pegasus PS15
- Memory : 8GB (1 x 8GB/1600MHz)
- Storage : 128GB SSD (OS) + 500GB/7200rpm (DATA)
- Display : IPS Full HD 1920 x 1080
Spesifikasi lengkap.
Review Lengkap All New Xenom Pegasus
Dibawah ini adalah hasil benchmark yang kami lakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penggunaan CPU beda kasta tersebut terutama dalam aplikasi gaming dan editing multimedia.
PCMark 7 (Computation)
Pada pengujian ini, murni diujicobakan seberapa baik sebuah CPU dalam menyelesaikan perhitungan. Di sini, GPU hampir tak melakukan sesuatu yang berarti. Karena itu, terlihat core i7 4710MQ unggul sekitar 14.2% di banding core i5 4210M, dan unggul 21.5% di banding core i3 4100M. Dan gap antara core i3 dengan core i5 hanya berbeda tipis karena sama-sama dual core.
PCMark 8 Home (Video Editing)
PCMark 8 Home yang kami jalankan menggunakan opsi RUN ACCELERATED yang artinya akan menggabungkan performa CPU dan GPU saat aplikasi yang dijalankan mendukung penggunaan Open CL. Hasilnya, di part 1 yang belum menggunakan objek detail, hasilnya mirip dengan PCMark 7 yang tidak menggunakan kemampuan GPU. Sedangkan di part 2, dengan objek yang di render lebih detail, CPU mulai meminta bantuan GPU hingga gap antara ketiganya rata.
PCMark 8 Home (Casual Gaming)
Pada benchmark Casual Gaming, atau yang mewakili game-game dengan kualitas grafis ringan dan lebih banyak menggunakan metode perhitungan fisika (yang biasanya diambil alih CPU), gap ketiga jenis CPU terlihat cukup signifikan, walau pada tabel hanya berbeda 1 hingga 2 fps. Namun angka tersebut mewakili sekitar 11.7% (core i7 vs core i3) yang jika dikonversi ke pemangkatan, akan cukup terlihat besar gap-nya.
PCMark 8 Home (Massive Gaming)
Pada metode benchmark ini, digunakan skenario game dengan kualitas grafis yang lebih kompleks. Perpaduan kemampuan CPU dan GPU yang baik akan menghasilkan fps yang lebih tinggi tentunya. Performa dual core pada mobile intel core i3 dan core i5, tertinggal cukup jauh dibanding performa quad core pada mobile intel core i7. Tapi, skenario yang digunakan pada pengujian ini akan jarang anda temui pada real world gaming sebenarnya. Karena ia menggunakan paduan beban fisika dan vector yang memaksa kemampuan maksimal CPU dan GPU.
Resident Evil 6
Game yang terbilang zadul ini cukup ampuh untuk mengukur kemampuan grafis sebuah system gaming. Karena itu, kami memfavoritkan game ini sebagai test bad. Di dalamnya ada beberapa skenario yang membutuhkan kemampuan CPU yang baik. Terutama saat scene dimana muncul banyak sekali zombie yang menguras kemampuan CPU untuk menghitung fisika. Walaupun serupa dengan PCMark 8 Home Massive Gaming, dimana scene tersebut akan sangat jarang anda temui saat real world gaming. Karena itulah, score akhir cukup membentangkan gap antara mobile intel core i7 dan core i3.
Batman Arkham City
Game yang satu ini kategori menengah, tidak ringan dan juga tidak berat dengan kualitas objek kurang detail dan di dominasi scene-scene gelap. Disini kinerja GPU lebih dibutuhkan ketimbang kinerja CPU yang bekerja ala kadarnya merender objek sederhana. Hasilnya, gap ketiga CPU sama rata dengan persentase yang tidak signifikan.
Unigine Heaven 4.0
Aplikasi benchmark yang satu ini memaksa system merender objek-objek 3D detail sesuai kemampuan GPU tersebut dalam hal layer. Hasilnya, tak terlalu signifikan perbedaannya karena peran GPU sangat dominan. Ini bisa menjadi perumpamaan saat kita bertemu game yang menawarkan kualitas grafis tingkat tinggi sebagai sales poinnya dibanding story.
Far Cry 4
Sebagai perwakilan game heavy duty, kami memilih Far Cry 4. Sebenarnya AC Unity lebih pas, namun mengingat hardware GPU yang kita gunakan merupakan GPU kelas midle, kami rasa game inipun sudah cukup menyiksa. Terlihat pada tabel, penggunaan CPU highend tak memberi pengaruh berarti pada game-game yang mengutamakan detail gambar. Dan ini merupakan test paling penting dimana dalam real world gaming, scene-scene pada Far Cry 4 lebih logik.
Conclusion
Dengan semua hasil percobaan di atas, bisa sama-sama kita asumsikan secara sederhana bahwa kegiatan gaming yang sesungguhnya lebih cenderung mengutamakan kemampuan GPU dibanding CPU, walau penggunaan CPU dengan core yang lebih banyak sangat-sangat berpeluang meminimalisir bottleneck terutama saat temperatur hardware sudah tinggi.
Jadi, menurut tim pemmzchannel, notebook dengan core i3 yang dipadukan dengan GPU yang berkualitas sudah sangat mumpuni untuk kamu jadikan partner mobile gaming kamu. Akan lebih aman jika hardware seperti All New Xenom Pegasus yang kita gunakan kali ini juga memberi opsi upgardeable CPU.
Jika pembaca memiliki proyeksi lain, kami akan sangat senang sekali mendengarnya. Semoga artikel ini bisa jadi pembuka diskusi tentang fakta sebenarnya dalam pemanfaatan performa CPU dalam kegiatan gaming. Kita tunggu komentarnya ya pemmzholics 😉
ohhh nice yah pake core i3 juga..kalo untuk game2 bola seperti PES atau FM gmn? GPU base lbh kepake?
Sayangnya, PES sedikit aneh. Hingga seri 2014, game tersebut tidak mendukung dedicated GPU. Walau ada geforcenya, yang kerja cuma Intel HD
mungkin mesti di daftarin dl di nvidia geforce nya ya..jadi biar ke ditek..macem program sketchup..klo gk di daftarin di list, bakal ngelag karena gk kebaca
Kita juga pernah paksa force ke dedicated GPU (nvidia), tapi gak berhasil membuat game mendeteksi nvidianya