Ketika berbicara mengenai hardware sebuah komputer, kita mengenal sebutan form factor. Yang terakhir ini merujuk kepada dimensi fisik dan layout jeroan sebuah komputer, dimana perhitungan atas form factor membantu kita untuk mencegah kemunculan inkompatibilitas di antara satu produsen hardware dengan produsen lainnya.
Sebuah motherboard, misalnya, memiliki form factor khusus dimana Anda bisa mengenali motherboard dengan form factor AT, ATX, DTX, BTX, Baby AT, Micro ATX, dan seterusnya. Sebuah motherboard MicroATX, misalnya, memiliki dimensi 9.6-inch x 9.6-inch dan bisa saja hadir sekecil mungkin pada dimensi 6.75-inch (lebar) x 6.75-inch (dalam). Diperkenalkan pertama kali pada bulan Desember 1997, MicroATX adalah tipikal Motherboard terkecil yang bisa digunakan baik di dalam casing ATX atau yang lebih kecil.
Sama halnya dengan motherboard, casing juga memiliki form factor tersendiri yang pada intinya menentukan ukuran jeroan (hardware) yang bakal dibeli untuk membangun sebuah PC. Jadi ukuran hardware sudah ditetapkan melalui standar tertentu, dan karenanya penting bagi kita untuk mengenali form factor sebelum membeli hardware yang diinginkan. Tidak lucu rasanya bila membeli sebuah VGA Card yang ukurannya lebih besar 1.5-inch dibandingkan dengan casing PC yang kita miliki. Hal ini akan menjadikannya tidak bisa terpasang di dalam PC! Karena itulah kesadaran terhadap form factor menjadi penting.
Lalu bagaimana cara memilih motherboard yang tepat? Selain memperhitungkan form factor, orang juga perlu memperhitungkan hal lain, yakni antisipasi terhadap kebutuhan hari ini dan masa depan. Artinya, motherboard yang dibeli haruslah sebuah hardware yang dirasa cukup pantas untuk menangani berbagai macam tasking yang bakal Anda bebankan kepadanya.
Ketika membeli sebuah motherboard, pengguna komputer harus mempertimbangkan beberapa hal.
Pertimbangan soal layout
Di atas adalah sebuah layout motherboard dengan level yang lebih tinggi. Di atas kita melihat beberapa tipe konektor dan port umum yang bisa kita temukan di atasnya. Tidak semua motherboard memiliki tipe dan lokasi konektor serta port yang sama. Slot-slot PCIe pada sebuah motherboard mungkin hanya memilki beberapa lajur, yang mengkombinasikan model PCIe 2.0 atau 3.0 di atasnya. Sebuah motherboard bisa saja memiliki satu atau dua port SATA, tergantung mana pilihan layout yang disodorkan. Kecuali Anda memiliki casing kecil, layout motherboard seperti di atas sangat disarankan, apalagi bila kepentingannya berkaitan dengan gaming.
Socket CPU dan Chipset yang Digunakan
Di pasaran terdapat dua merk CPU yang ditawarkan: AMD dan Intel. Masing-masing memiliki socket yang berbeda. CPU yang ingin digunakan akan berbicara banyak tentang jenis socket macam apa yang digunakan pada sebuah motherboard. CPU Intel biasanya menggunakan Land Grid Array, atau socket LGA dimana pins terdapat di atas socket. Sementara itu socket CPU AMD memiliki banyak lubang di atasnya, sebagai tempat dimana pins bakal dimasukkan.
Selain soal socket, yang juga harus dicermati adalah chipset yang digunakan pada sebuah motherboard. Kompoenen dan chipset yang berhubungan dengannya memberikan konektivitas antara CPU dengan peripheral. Sebuah chipset biasanya dibentuk dari dua hal, yakni Southbridge dan Northbridge, meski beberapa generasi terbaru CPU Intel dan APU milik AMD mengintegrasikan chipset di wilayah Northbridge.
Memory dan Expansion Slots
Form factor motherboard tipe Mini-ITX biasanya hanya menyediakan dua slot RAM. Di luar sana, beberapa chipset seperti Intel H81 dan AMD AM1 juga hanya menyediakan jumlah slot yang sama. Dalam tarikan nafas yang sama, ukuran motherboard akan menentukan jumlah expansion slots yang tersedia di atasnya. Perhatikan juga penempatan slotnya. Bila Anda membutuhkan slot PCIe x1 sebanyak satu buah, pastikan bahwa ia tidak mendapatkan halangan dari sebuah slot untuk dua VGA Card. Perhatikan juga berbagai macam kemungkinan. Misalnya bila Anda ingin memasang sebuah card PCIe x4 RAID, apakah ia akan mematikan slot lainnya atau tidak, atau malah akan membatasi bandwidth yang tersedia.